Spiritnesia.com. Kefamenanu – Ratusan Masyarakat turut meramaikan Hari Ulang Tahun (HUT), ke-62 Gereja Lahairoi Kiupukan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dan penutupan Bulan Keluarga, sekaligus merayakan HUT ke-75 Gereja Masehi Injili di-Timor serta Gerakan Reformasi ke-505.
Hal ini disampaikan langsung oleh Pdt. Witha S. Suni. S., Th., kepada media spiritnesia.com, pada saat berlangsungnya acara syukuran HUT di halaman depan Gereja Lahairoi Insana, pada Senin, 31/10/2022.
GMIT adalah salah satu dari 3 GBM pertama (Gereja Bagian Mandiri) dari Indische Kerk yang disetujui pada 1933 untuk mewakili wilayah Minahasa (keresidenan Minahasa), Maluku (Keresidenan Maluku), dan Timor (Keresidenan Timor & Pulau2), namun peresmiannya terjadi yang paling akhir pada Tahun 1947, 2 Gereja saudara yang telah mandiri adalah GMIM (1934) dan GPM (1935), GMIT yang akan menyusul pada 1937 tertunda akibat pergolakan politik daerah dan nasional, diikuti pecahnya Perang Dunia ke-2 (1939-1945), lalu masuknya jepang ke Nusa Tenggara 1942, dan pergerakan kemerdekaan (NIT/RIS 1946-1950), jelas Pdt. Witha S. Suni.
Pada Maret 1947 walaupun belum resmi menjadi Gereja Bagian Mandiri, GMIT termasuk dalam “Majelis Usaha bersama Gereja-Gereja di Indonesia bagian Timur” yang merumuskan DGI (Dewan Gereja2 Indonesia) di Makassar.
kemandirian GMIT dipercepat segera dalam 3 bulan setelah rapat 1947 di Makassar dan akhirnya pada oktober 1947 diresmikan. hal ini ini agar tidak didahului GBM baru yaitu GIPB sebagai GBM saudara bagian barat dari ke 3 GBM awal, GPIB sudah dipersiapkan Indische kerk dan diresmikan pada desember 1948 sekaligus Indische Kerk berganti nama menjadi GPI (Gereja Protestan Indonesia) -yang mana penamaan GPI-B menandai sejarah pergantian nama ini.
Alkitab, pada masa awal berdirinya gereja ini, belum tersedia. Maka dari itu, Pdt. J. Huandao dan M. R. Pello menerjemahkan Alkitab dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Timor. Mereka menggunakan kata Uis Neno Mnanu, yang berarti ‘Tuan Langit yang Tinggi’, sebagai kata penunjuk TUHAN, itu sejarah singkat Gereja Masehi Injili di-Timor, jelas Pdt. Witha S. Suni.

Oleh karena itu lanjut Pdt. Witha S. Suni, HUT ke-62 Tahun ini bukanlah hal yang mudah, namun ini menunjukkan bahwa GMIT telah melalui perjalanan panjang yang telah dilalui oleh jemaat GMIT sendiri.
“Sehingga melalui HUT ini saya ingin mengajak kita semua untuk merayakan dengan penuh suka cita serta penuh syukur,” ajaknya.
Lebih lanjut Pdt. Witha S. Suni, juga menjelaskan bahwa, Gereja Lahairoi Kiupukan Insana sudah memasuki usia yang cukup tua yakni 62 Tahun, dan Gereja Masehi Injili di-Timor yang ke 75 Tahun serta gerakan Reformasi yang ke-505 Tahun, ini kita rayakan sekalian di Gereja Lahairoi Insana dengan tema “Gereja Yang Berdasar Pada Kristus, Hidup dan Melayani Dalam Tuntunan Roh Kudus.”
Oleh karna itu kata Pdt. Witha S. Suni, pertanyaan HUT ini, “kita sebagai jemaat, harus memiliki tugas untuk memelihara persekutuan dan mengerjakan pelayanan untuk kemuliaan Tuhan. Dan Yesus Kristus harus dijadikan sebagai fondasi GMIT, sehingga menunjukkan bahwa posisi Kristus sebagai fondasi yang tidak tergantikan oleh apapun bagi GMIT, karena begitu fondasi digantikan maka seluruh tatanan diatasnya menjadi kacau dan tidak layak disebut gereja,” jelasnya pada saat memimpin ibadat syukuran.
Selain itu lanjut Pdt. Witha S. Suni, untuk anggota jemaat, dalam perayaan Ulang Tahun GMIT, ini adalah momentum bagi kita untuk evaluasi terhadap apa yang telah dicapai selama ini, tutupnya.
Penulis: Charles Usfunan/SN