Kategori
Berita Daerah Nasional Olahraga

Bawa Pulang Perunggu Pada PON Papua, Atlet Putri Asal NTT Afriana Paijo Target Emas PON Aceh- Sumut

Spiritnesia.Com- Atletik Putri Asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Afriana Paijo target medali emas pada pekan olahraga nasional (PON) XXI yang akan berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) tahun 2024.

Wanita yang akrab disapa Afri itu mengatakan dirinya telah mempersiapkan diri pada PON XXI 2024 Aceh- Sumut.

“Target saya di PON XXI Aceh- Sumut harus medali emas,” ungkap Afri kepada Spiritnesia.com melalui pesan WhatsApp, Sabtu (14/5/2022).

Saat ini, kata Afri dirinya tengah mempersiapkan diri mengikuti praPON yang akan dilaksanakan pada tahun 2023 mendatang.

Pra kualifikasi PON untuk memperebutkan tiket lolos ke PON XXI 2024 Aceh- Sumut segala persiapan telah dilakukannya.

“Sekarang saya rutin latihan untuk ikut seleksi praPON, kalau lolos praPON berarti siap untuk mengikuti PON XXI Aceh-Sumut dan seperti target saya harus medali emas,” terangnya.

Pada pelaksanaan PON XX Papua yang dilaksanakan pada tahun 2021 itu Afri dipercayakan bermain di cabang olahraga (cabor) atletik nomor lari halang rintang Putri 3.000 meter dan nokor estafet Putri 4×100 meter bersama timnya.

Bermain di nomor lari halang rintang Putri 3.000 meter yang dilaksanakan di venue Mimika Sport Compleks (MSC) Kabupaten Mimika itu Afri berhasil menyumbang medali perunggu dengan catatan waktu 10 menit 55, 83 detik. Medali emas diraih Dian Ekayanti atletik asal Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan catatan waktu 10 menit 38,04 detik sedangkan medali perak diraih atletik putri Sulawesi Selatan Fitri dengan catatan waktu 10 menit 50,59 detik.

Sementara bermain di nomor Estafet Putri 4×100 meter, Afri bersama timnya berhasil mencapai garis finis pada urutan keempat. Pada nomor lari 4×100 Estafet Putri medali emas disabet tim Jawa Barat (Jabar). (Labaran/SN)

Kategori
Berita Daerah Kriminal

Wartawan Papua, Kecam Kasus Pemukulan Wartawan di Kupang

Spiritnesia.Com, NABIRE – Sejumlah wartawan yang bertugas di Papua mengecam peristiwa pemukulan terhadap Pemimpin Redaksi SuaraFlobamora.com Fabi Latuan oleh enam pria bercadar di seputaran PT Flobamora, Kupang Selasa (26/4) sekitar pukul 14.00 WITA. Para pelaku menggunakan sepeda motor kemudian menghadang dan menganiaya korban hingga mengalami pendarahan di hidung.

Insiden pemukulan terhadap rekan wartawan Fabi Latuan sangat disayangkan. Di era keterbukaan seperti saat ini masih saja terjadi kekerasan terhadap pekerja media. Seharusnya profesi jurnalistik dihormati, apalagi ditunaikan untuk menyuarakan kebenaran, ujar Pemimpin Redaksi Nabire.net Mario Andrew dari Nabire, kota Kabupaten Nabire, Papua, Selasa (26/4).

Pihaknya juga mengecam aksi premanisme dan meminta aparat kepolisian di Polda NTT mengusut tuntas para pelaku pengeroyokan dan memberikan hukuman setimpal agar diketahui publik sekaligus memberikan efek jera agar kasus serupa tidak terulang lagi terhadap pekerja media.

Senada dengan Mario, wartawan senior Papua Pos Nabire Emanuel You mengaku sangat prihatin mencermati kasus kekerasan yang dialami wartawan Fabi Latuan di saat ia tengah menunaikan tugas jurnalistik di PT Flobamora. Polda NTT segera menangkap para pelaku dan mencari motif di balik kasus itu. Aparat kepolisian juga diharapkan bekerja cepat dan profesional dan memberikan hukuman setimpal, ujar Emanuel You.

Emanuel juga mengingatkan semua pihak menghargai profesi para wartawan sebagai penyebar informasi bagi publik. Profesi wartawan dilindungi Undang-Undang sehingga apapun pemberitaan yang dianggap kurang berkenan maka pihak-pihak yang merasa keberatan perlu menggunakan ruang melakukan klarifikasi, bukan main main hakim sendiri.

Saya menyayangkan tindakan premanisme terhadap rekan wartawan Faby Latuan. Semua pihak harus menghargai para pekerja media. Orang yang melakukan pengeroyokan itu harus diproses hukum. Sebab tindakan yang dilakukan tidak menghormat para pekerja media, ujar Hengky Yeimo, wartawan Jubi.

Pemimpin Redaksi Odiyaiwuu.com Ansel Deri menilai, kasus pemukulan terhadap Fabi Latuan menodai kebebasan pers sejak rezim Orde Baru tumbang. Kasus itu sekaligus menunjukkan para pekerja media semakin diakui sebagai pengawal berbagai kebobrokan yang masih terpelihara dalm berbagai institusi baik negara maupun swasta.

Polda NTT perlu segera mencari para pelaku agar memastikan motif di balik kekerasan yang dialami rekan Faby Latuan. Tak boleh membiarkan aksi premanisme terhadap para wartawan terus berlanjut. Rekan-rekan media di NTT perlu mengawal kasus ini melalui pemberitaannya agar terungkap motif di balik kasus itu. Saya berharap agar kasus yang dialami rekan Faby tidak terulang lagi, ujar Ansel, wartawan kelahiran Lembata, NTT. (*)