Kategori
Berita Daerah Pendidikan

STIKes Maranatha Kupang Kunjung Amfoang Tengah, Warga Desa Binafun Bangga Anak Bisa Kuliah di Sekolah Kesehatan

Spiritnesia.com, Oelamasi – Warga Desa Binafun, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), bangga anak-anak bisa dikuliahkan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES Marnatha Kupang).

Seperti disaksikan langsung oleh media ini, Ketu Dewan Pembina Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur, Drs. Samuel Sellan Bersama Rombongan, di jemput langsung di depan halaman Gereja  Bethesda oleh Kepala Desa Binafun bersama masyarakat dengan Tarian Parang, Natoni serta pengalungan kepada rombongan STIKES Maranatha Kupang, Sabtu, 23/07/2022.

Seusai penjemputan dan pengalungan rombongan diarak masuk ruangan Gereja untuk melanjutkan sosialisasi kepada peserta siswa-siswi STIKes Maranatha dan seluruh masyarakat di ruangan Gereja Bethsaida, oleh Kepala Desa Binafun Admin P. Baitanu, bersama Ibu Pendeta Bethesda Liske Messah, STh, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda.

Seperti di saksikan langsung media ini bahwa turut hadir dalam acara kunjungan yakni, Kepala Yayasan STIKes Maranatha Kupang, Drs. Samuel Selan, Ketua STIKes Stefanus Mendes Kiik, M.Kep.,Sp.Kep.Kom, Ketua Pengawas, Sekertaris Yayasan, Pembina Yayasan.

Menurut Okran Neno, salah seorang Pemuda Pemerhati Pendidikan di wilayah Amfoang Tengah, dalam sambutanya, menyampaikan bahwa Secara jujur saya mau katakan bahwa 31 Mahasiswa Amfoang Tengah ini sangat luar biasa dan ini kami baru pertama kali bisa diberikan kesempatan untuk masuk menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, ungkap Neno.

“Kami sudah benar-benar merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya, dan patut kita harus mengambil kesempatan ini untuk anak-anak kita yang saat ini sudah bergabung bersama STIKes Maranatha Kupang,” ujar laki-laki mudah itu.

Jangankan Kuliah, bermimpi saja untuk sekolah di Kesehatan itu sudah sangat sulit, namun melalui STIKes Maranatha kami di beri kesempatan untuk boleh bergabung dan bersaing di Sekolah Kesehatan ini tentu kami sangat bangga, tutur Okran.

“Kami ini ibaratnya baru merdeka di Tahun kemarin, artinya merdeka dalam bidang pendidikan itu masih minim bahkan bisa kita hitung dengan jari pun bisa untuk pendidikan Sarjana,  maka itu ketika kita katakan merdeka tapi kalau pendidikan masih minim itu pun saya merasa kurang.”

Maka lanjutnya, melalui tindakan yang dilakuan oleh Yayasan STIKes Marantha ini sangat luar biasa, karena kami diberi ruang untuk anak- anak bergabung di Sekolah kesehatan, bahkan kami di kunjung langsung oleh ketua STIKes Maranatha bersama rombongan dan ini satu hal yang luar biasa, ujarnya.

Kami juga salut karna STIKes Maranatha, sudah ambil anak- anak dari seluruh wilayah Amfoang, untuk bisa masuk menempuh pendidikan di sekolah kesehatan, oleh karena itu kami sangat berterima kasih kepada Bapak Drs. Samuel Sellan dan seluruh jajaran yang sudah hadir di wilayah Amfoang untuk membantu kami khususnya di bidak pendidikan kesehatan ini.

“Terima kasih juga kepada Ibu Sal Uf yang sudah mau bekerja sama untuk membangun pendidikan di wilayah Amfoang.”

Oleh karena itu kami titipkan 31 mahasiswa ini dengan segala keterbatasan dari masing-masing peserta, namun kami titipkan dan memberikan kepercayaan penuh kepada Yayasan STIKes Maranatha untuk membina dan mendidik anak-anak kami, ujar laki-laki pemerhati pendidikan itu.

“Kami juga berharap agar program ini bisa berlanjut di Tahun akan datang, dan kami mohon agar kami juga bisa menjadi bagian lagi dari yang lain, karena kami warga di wilayah Amfoang ini hampir keseluruhan itu adalah petani semua, maka kami hanya bisa berharap agar pada periode berikutnya kami juga masih bisa ikut terlibat dan merasakan sensasi pendidikan di sekolah kesehatan khususnya di STIKes Maranatha, seperti saat ini kami di wilayah Amfoang Tengah yang sudah mendapat 31 peserta,” harapnya.

Sementara pada kesempatan yang sama Ketua STIKes Maranatha Kupang, Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep.,Sp.Kep.Kom, juga menyampaikan kepada peserta Mahasiswa STIKes Maranata agar selalu akan menjaga kepercayaan Orang Tua dan  Yayasan Marantha. (SN)

Kategori
Berita Daerah Kriminal Nasional

Pelaku Tak Kunjung Ditangkap, Kapolri Diminta Intervensi Kasus Penganiayaan Wartawan di NTT

Spiritnesia.Com, Jakarta – Kepala Kepolisian (Kapolri) Republik Indonesia (RI), Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo diminta untuk segera mengintervensi penanganan kasus penganiayaan terhadap wartawan dan pemred (Pemimpin Redaksi) media online Suaraflobamora.Com, Fabianus Paulus Latuan (FPL) dan memerintahkan baik Kapolda NTT maupun Kapolresta Kupang untuk segera menangkap para pelaku. Karena terhitung sudah delapan hari pasca kejadian tersebut (27/04), baik Polda NTT maupun Polresta Kupang belum dapat menangkap para pelaku (preman) dan dalang kasus tersebut.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pembina Lembaga Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia, Gabriel Goa dalam wawancara zoom bersama GorisSadhanTV pada Rabu (04/05/2022) terkait kasus kekerasan terhadap wartawan di NTT.

“Terkait kasus (penganiyaan wartawan FPL, red) di Nusa Tenggara Timur, kami minta Kapolri perintahkan Kapolda Nusa Tenggara Timur dan Kapolresta Kota Kupang supaya segera tangkap pelaku dan aktor intelektualnya. Jangan sampai dibiarkan, karena kalau ini dibiarkan akan berdampak lain lagi. Bisa menimbulkan masalah baru,” jelasnya.

Menurut Gabrial Goa, fungsi Polri harus segera didayagunakan sehingga aparat segera menangkap para pelaku. Dan kalaupun para pelaku sudah ditangkap, PADMA Indonesia juga akan mendampingi para pelaku agar mendapatkan perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

“Kenapa mereka harus dilindungi? Supaya mereka jangan dimatikan (dibunuh, red) atau dibungkam, tetapi dilindungi sebagai justice collaborator untuk mengungkap siapa aktor intelektualnya,” tandasnya.

Selain itu, lanjut Gabrial Goa, Padma Indonesia juga akan mendampingi korban penganiayaan yaitu Fabi Latuan untuk meminta perlindungan dari LPSK. “Juga kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) RI (Republik Indonesia), karena dalam tanda petik Pers adalah whistleblower (saksi atau pelapor dugaan suatu tindak pidana) dalam pemberantasan korupsi,” ujarnya.

Bila perlu, katanya, LPSK jangan lagi menunggu ada laporan baru bergerak, tetapi proaktif melindungi wartawan (whistleblower, red) dan justice collaborator bila nanti sudah ditangkap polisi.

“Kita tidak mau nanti tau taunya mereka mati di tahanan dan akhirnya kasusnya tidak terungkap. Nah, ini juga perlu karena mereka juga adalah manusia dan bahwa mereka misalnya dalam tanda petik dibayar oleh siapa yang memberi order supaya ini diungkap. Dengan demikian jadi terang benderang rasa keadilan masyarakat, tetapi juga diungkap mengapa ini terjadi kepada para pejuang pers ini,” jelasnya.

Ketua Pembina Padma Indonesia juga minta Komisi III DPR RI untuk tidak diam atau masa bodoh terkait masalah tersebut. Tetapi bangkit mengawal kinerja Aparat Penegak Hukum (Polisi dan Jaksa) kekerasan yang menimpa wartawan atau Pers di NTT.

“Anggota Komisi III DPR RI asal NTT yaitu Beny K Harman adalah mantan wartawan senior dan ada juga yang mantan Kapolda Nusa Tenggara Timur yaitu pak Jacky Uly. “Maka kita harapkan dua wakil di Komisi III DPR RI ikut mengawal kasus ini kepada Kapolri, baru kemudian diikuti Jaksa Agung dan Mahkamah Agung, supaya proses ini transparan dan memberi efek jera dan rasa aman bagi para Kuli Tinta di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur,” tegasnya. (AT/SN)