Kategori
Opini

Social Distancing, Perubahan Sosial Lewat Komunikasih Digital Menghadapi Wabah Corona Covid-19

Goresan Sederhana dalam Mengapresiasi dan Kepedulian dalam perubahan sosial lewat komunikasii digital menghadapi wabah corona covid-19).

Oleh: Gabrieliana Nduang Mahasiswa semester ll Prodi PGSD Unika St.Paulus

OPINI, Ruteng – Maraknya penyebaran virus corona covid-19 telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial dimasyarakat yang salah satunya didukung dengan teknologi komunikasih. Dimana pada kesempatan ini masyarakat dituntut bisa dan terbiasa. Perubahan terjadi pada cara berkomunikasih cara berpikir, dan cara berprilku manusia.

Sebenarnya perubahan sosial ini lantaran pandemi corona covid-19 ini sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasih melalui digitalisasi yang tampak kita sadari sudah merealisasikannya

Menurut Stephen W. Littlejohn dalam bukunya theories of Human Communication(Sendjaja, 2014), terdapat tiga pendekatan dalam berkomunikasih antar manusia, yang pertama pendekatan ilmiah empiris. Pendektan ini berlaku dikalangan ahli ilmu ekskata. Cara pandang yang mendekatkan unsur objektivitas dan pemisahan antara objek yang ingin diketahui  dan diteliti serta subjek pelakau atau pengamal.

Lalu, ada pendekatan Humaniora interpretatif, ini merupakan pendekatan dengan cara pandang yang mengasosiasikan dengan prinsip subjektivitas. Manusia mengamati sikap dan prilaku orang-orang disekitarnya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang di lingkungannya.

Yang ketiga adalah pendekatan ilmu sosial. Ini merupakan gabungan dari pendekatan scientitic dan humanitic dimana objek studinya adalah kehidupan manusia, termasuk didalamnya tingkah laku manusia. Tampak jelas bahwa manusia membutuhkan kesempatan secara langsung untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan disekitarnya. Disinilah terlihat kondisi pandemi corona covid-19 jauh dari ideal hubungan manusia secara humanis.

Perkembangan teknologi menyelesaikan banyak masalah dalam masa pembatasan sosial berskala besar, dampak panjang kekurangan dalam komunikasih digital ini membuat menghindari untuk memanfaatkannya. Namun, kita perlu menyadari bahwa mengembangkan dan mempertahankan hubungan perlu usaha lebih. Kita perlu memdedikasihkan lebih banyak waktu dan perhatian pada hubungan interpresonal.

Dalam keadaan terpisah-pisah satu sama lain dan hanya terhubung secara digital ini pun kita tetap perlu membangun tim yang efisien dan efektif. Kemajuan teknologi saat ini sangat berkembang pesat dan membantu manusia untuk berinteraksi satu sama lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut mencakup banyak hal serta merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan.

Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasih atupun melakukan sesuatu agar tidak stres selamah pandemi covid-19 yang bikin sistem imun lebih.

Penerapan Social Distancing, Interaksi Manusia,dan komunikasih Digital.

Perlu direnungkan, social distancing atau menjagah jarak tidak membuat tidak “Mati gaya”. Hanya belum sepenuhnya terbiasa dalam keseharian hidup pada pengalihan rung fisik ke ruang virtual. Komunikasih digital sangat dekat di sekitar kita yang sebenarnya berkontribusi besar. Kita tetap bisa bersosialisasi melalui berbagai media diera globalisasi ini yang menuntut pada kecanggihan komunikasih digital untuk tetap berinteraksi sosial. Medi-media yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media interaksi,media pembelajaran.

Jembatan komunikasih melalui media-media tersebut tentunya dapat memberikan edukatif, informatif,dan persuasif. Media yang dimaksut digunakan tanpa melakukan kontak fisik diantaranya,tiktok, twitter, facebook, instagram, ince, dan whatsapp.

Bukankah ini sudah menjadi gaya hidup kita, termasuk orang indonesia? Misalnya, kebiasan bangun tidur langsung gatgetnya meskipun sebatas cek pesan masuk,lihat status, dan lainnya. Saat belum terjadih wabah pandemi covid-19, kita seringkalih disibukan dengan aktivitas melalui komunikasih sosial yang dimana komunikasih dilakukan tidak harus kontak fisik atau tatap muka. Artinya, masyarakat tetap bisa melakukan interaksi sosial dengan menggunakan teknologi komunikasih, terutamah media sosial.

Kalah itu sempat menjadi kekhawatiran, terutama untuk generasi penerus, dalam lunturnya keakraban secara langsung karena masing –masing seperti memiliki dunianya sendiri. Namun sekarang seolah melempar kesalahan pad kebijakan pemerintah dengan adanya pembatasan jarak sosial. Teknologi saat ini sudah berkembang demikian pesat sehingga kita tetap bisa saling berhubung tanpa harus secara fisik berada didalam ruangan atau tempat yang sama.

Social Distancing Untuk Perangi Virus  Corona.

Penyebaran virus corona menjadi ancaman serius bagi dunia. Semakin meningkatnya pasien yang terkenah virus corona, Sosial Distancing ini mengarahkan masyarakat mengurangi interaksi sosialnya dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Maka social Distancing atau pembatasan sosial, dalam pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan masyarakat COVID-19 di Indonesia, adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini ditunjukan pada semuah orang di wilayah yng diduga terjangkit  virus corona.

Pengurangan interaksi sosial melalui sosial distancing guna mencegah penyebaran virus corona yang lebih meluas ini dengan cara masyarakat pembatasan penggunaan fasilitas umum dan menjagah jarak interaksi. Masyarakat diminta untuk berdiam di rumah dengan melakukan belajar dari rumah bagi pelajar, bekerjah dari rumah dan tidak melakukan aktivitas ke tempat-tempat keramaian guna memutuskan mata rantai penyebaran yang kian bertambah.

Jangan Terlalu Jemas
Social Distancing ini lebih cepat menitikberatkan pada physical distancing. Kontak fisik secara langsung dengan jarak berdekatan dapat memberikan peluang penyebaran virus corona. Sayang nampaknya kita mengalami kelemhan dalam memahami social distancing di hadapan publik sehingga seolah kita hilang peranannya sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi dengan sesama. Hanya pemikiran manusia yang menjadi culture(budaya).

Dengan demikian, diharapkan kita hendaknya tidak terlalu cemas dengan perubahan yang terjadi dalam sosial saat ini yang awalnya karena tuntutan kondisi. Interaksi kita memang terbatas pada jarak, namun tidak terbatas dalam berinteraksi meskipun ada kalahnya akan lebih efektif jika dilakukan secara komunikasih langsung, secaratatap muka dalam satu ruang(Komunikasih interpersonal).

Sumber Berita: (Liputan6.com/news/)