Maju Calon Bupati Sabu Raijua, Krisman Ingin Sabu Bangkit, Maju dan Sejahtera

Spiritnesia.com, SEBA – Salah satu Putera Sabu Raijua (Sarai), Krisman Riwu Kore  pulang ke kampung leluhurnya, dan memutuskan maju calon Bupati Sabu Raijua periode 2024-2029. Ia datang dengan semangat dan cita-cita besar (visi) membangun Sabu Raijua menjadi daerah yang Bangkit, Maju dan Sejahtera. Hal itu bertolak dari kondisi Sarai hari ini yang menurutnya masih tertinggal.

Hal itu diungkapkan Calon Bupati Sabu Raijua, Krisman Riwu Kore saat ditemui awak media disela waktu aktivitasnya berkeliling wilayah Sabu Raijua pada tanggal 14 Juni 2024 lalu.

“Bertolak dari keprihatinan akan situasi dan kondisi Sabu Raijua, tanah leluhur darimana kita (orang tua), kita berasal. Kita berasal dari sini (Sabu). Kondisi Sabu Raijua yang masih tertinggal dalam banyak hal, mendorong saya untuk memutuskan maju Calon Bupati Sabu Raijua. Juga didukung keluarga dan teman-teman dengan banyak harapan dapat membangun daerah ini. Cita-cita kita ialah Sabu Raijua Bangkit, Maju dan Sejahtera,” jelas Krisman.

Calon Bupati Sabu Raiju aitu menguraikan, maksudnya terkait ‘bangkit’, ‘maju’, dan ‘sejahtera’. Bangkit itu artinya bergerak dari bawah ke atas, meningkat atau ada peningkatan di berbagai sektor (ekonomi, pendidikan, Kesehatan, infrastruktur, dsb).

“Dari situasi itu baru kita bergerak maju. Maju dalam posisi/kondisi bangkit dan maju dalam posisi/kondisi ‘tidur’ itu berbeda. Kemudian sejahtera yaitu bahwa kita berharap daerah ini (Sabu Raijua, red) sejahtera dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dsb,” tandas Krisman.

Pertama, sektor Ekonomi. Krisman megatakan, jika orang lain melihat peningkatan ekonomi dari pendapatan perkapita, maka dirinya melihat peningkatan ekonomi Sabu Raijua ke depan dari segi Net Economy Harper (kesetaraan ekonomi bersih) yakni dampak lain dari peningkatan ekonomi tersebut.

Bahwa memang dari sisi ekonomi, pendapatan seseorang bisa saja meningkat, tetapi dalam meningkatkan pendapatan ekonomi itu, tentu ada efek/dampak negative yang turut menyertai. Misalnya, sisi lain pembangunan berimbas pada isu-isu lingkungan (kerusakan hutan/habitat makluk hidup, erosi, longsor, banjir, abrasi, polusi, dsb).

“Nah kalau kita pakai ukuran perkapita, kita tidak menghitung efek atau dampaknya. Ia hanya melihat satu sisi. Akan tetapi jika kita pakai ukuran net economy harper, maka selain melihat dampak peningkatan ekonomi, juga dampak lain yang ditimbulkan. Kemudian bisa diadu peningkatan ekonomi sekian, tetapi ada dampak kerusakan sekian,” jelasnya.

Ia mencontohkan, seperti tambak garam Sabu Raijua, dari sisi PAD dapat saja meningkat tetapi dari sisi lingkungan, bisa saja ada dampak-dampak negative atau kerugian yang ditimbulkan.  Jika kerusakan (lingkungan, red) yang ditimbulkan lebih besar daripada PAD yang dihasilkan bagi daerah, maka itu berarti sektor tersebut minusnya.

“Jarang orang melihat seperti itu. Biasanya mereka tidak melihat efek kerugian yang akan ditimbulkan, tetapi keuntungan PAD yang dihasilkan,” ujarnya.

Berikut, lanjut Chrishman, yaitu mandiri. Menurutnya, semua orang pasti punya mimpi punya daerah yang dia pimpin itu (Sabu Raijua, red) mandiri, tidak bergantung pada pihak lain atau daerah lain. Ia juga memimpikan yang sama untuk Sabu Raijua dalam lima tahun kedepan, jika terpilih sebagai Bupati Sabu Raijua periode 2024-2025.

Hal itu bertolak dari hasil pengamatan Chrisman, bahwa Sabu Raijua untuk saat ini oleh karena keterbatasannya, masih sangat bergantung pada daerah lain. Sabu Raijua masih sangat jauh dari harapan untuk mandiri. Masih bergantung pada pihak lain, dari pemerintah pusat dan swasta.

“Saya mengharapkan Sabu Raijua ke depan dapat mandiri, berdiri di atas kaki sendiri,” tegasnya.

Sektor Kesehatan

Visi Chrisman Riwu Kore untuk membangun sektor Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua lima tahun ke depan yaitu peningkatakan pelayanan Kesehatan bagi masyarakat Sabu Raijua. Ia mengungkapkan, bahwa masyarakat Sabu Raijua secara keseluruhan menginginkan peningkatan pelayanan di bidang Kesehatan.

Ia menghendaki pelayanan rumah sakit-rumah sakit di wilayah Sabu Raijua bisa ditingkatkan. Hal ini bertolak dari hasil pengamatan dan pengalaman langsung Chrisman, yang menemukan angka kematian di Sarai yang masih cukup tinggi.

Menurutnya, jika diteliti lebih dalam, sebab meningkatnya angka kematian di Kabupaten Sabu Raijua  yaitu karena pelayanan Kesehatan yang masih kurang maksimal, oleh karena keterbatasan sarana prasarana dan tenaga Kesehatan, termasuk dokter.

Dalam diskusinya dengan awak media ini, ia mengisahkan pengalaman perjalanannya dari Kupang ke Sabu bersama seorang anggota keluarganya yang berasal dari wilayah Kecamatan Liae, yang setibanya di Sabu jatuh sakit. Lalu di bawah ke Rumah Sakit di Seba untuk mendapatkan pertolongan/penanganan medis di rumah sakit tersebut, namun karena ketiadaan dokter yang menangani sang pasien saat itu, maka pasien tersebut tidak mendapatkan pertolongan medis. Dan nyawa sang anggota keluarganya tak tertolong.

“Dia pulang kembali ke rumah karena dokter tidak ada. Isrirahat dan makan, dan tidak lama kemudian meninggal. Jadi memang faktanya seperti itu, pelayanan kesehatan kita masih jauh dari standar layak. Mungkin karena kekurangan tenaga medis. Dan banyak kasus-kasus lain seperti ini,” bebernya.

Sektor Pendidikan

Untuk sektor pendidikan, Chrisman menyinggung soal kesejahteraan guru akan menjadi bagian fokus perhatian dirinya jika terpilih sebagai Bupati Sabu Raijua dalam Pilkada 2024 ini. Karena menurutnya, salah satu isu utama sektor pendidikan di Kabupaten Sabu Raijua yaitu tunjangan kesejahteraan guru yang masih kurang diperhatikan.

“Bagaimana mereka mau konsentrasi mengajar dengan kualitas yang baik, kalau kesejahteraan mereka sendiri kurang terjamin? Saya perhatikan, dari dulu kesejahteraan para guru tidak maksimal diperhatikan.

Menurut Chrisman, kualitas pendidikan ada hubungannya dengan kesejahteraan guru. Kalau kesejahteraan guru terjamin, maka hal itu akan in line (sejalan) dengan kualitas pendidikan, karena guru akan fokus mengajar dan meningkatkan kualitas diri tanpa terngganggu dengan kondisi kesejahteraannya.

Infrastruktur (Jalan)

Chrisman mengatakan, bahwa kondisi jalan di wilayah Kabupaten Sabu Raijua masih memprihatinkan. Kondisi jalan dimaksud Chrisman yaitu jalan provinsi dan Kabupaten. Kondisi ruas-ruas jalan provinsi juga kurang bagus, akibat kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah provinsi.

Menurutnya, jika saja komunikasi dan koordinasi terkait kerusakan ruas-ruas jalan Provinsi di wilayah Sabu Raijua bagus, maka seharusnya jalan-jalan provinsi di Sabu Raijua sudah baik, mengingat kondisi kerusakan ruas-ruas jalan tersebut sudah lama.

“Dari tiga tahun lalu saya datang kondisinya sudah seperti itu. Saya tanya informasi ke orang-orang, mereka mengatakan bahwa memang itu rusak sejak dari dulu,” bebernya.

Chrisman menyinggung soal kondisi jalan di wilayah Kecamataqn Liae dan sejumlah Kecamatan lain di Kabupaten Sabu Raijua yang hingga saat ini masih sangat buruk. Itu belum termasuk jalan-jalan masuk ke desa yang masih sangat jauh dari kata layak.

Ruas jalan Liae-Seba merupakan jalan poros Tengah yang menghubungkan wilayah Liae dan Seba sebagai pusat ekonomi. Khususnya untuk akses transportasi barang/komoditi dari masyarakat ke kota. Namun karena kondisinya yang rusak parah, maka masyarakat harus memutar jauh melalui jalur lain yang lebih jauh dan makan waktu. Mereka harus melalui arah Sabu Timur ke Sabu Barat baru masuk ke Seba. Atau dari Liae melalui Wadumedi baru ke Seba.

“Jarak yang seharusnya bisa ditempu masyarakat dalam waktu 20 menit, namun karena kondisi jalan yang rusak, maka dapat menjadi 50 menit bahkan satu jam dari Liae ke Seba, karena waktunya habis di jalan,” ujarnya.

Calon Bupati Sabu Raijua itu mengungkapkan banyak isu-isu utama yang harus menjadi prioritas kerjanya, jika terpilih sebagai Bupati Sabu Raijua. Namun menurutnya harus isu-isu prioritas dimapping dari skala prioritas dan mendesak tidaknya, oleh karena factor keterbatasan anggaran daerah atau APBD.

“Kita mau mengerjakan semua tetapi pertanyaannya anggarannya datang darimana? Kalau kita mapping secara tepat secara kedaerahan, maka ada sektor unggulan, potensial, stagnan, dan sektor yang tidak berkembang. Semua itu harus diklasifikasi,” sebutnya.

Untuk menentukan sektor mana di kuadran mana, kata Chrisman, itu dilihat dari tingkat pertumbuhan sektor tersebut.  Itu bisa ditracking ke belakang. Kedua, itu bisa dilihat dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Kalau misalnya pertumbuhannya tinggi dan kontribusinya tinggi, maka itu artinya sektor tersebut masuk dalam unggulan. Kalau pertumbuhannya tinggi tetapi kontribusinya rendah itu masuk dalam sektor potensial. Artinya, sektor tersebut masih bisa ditingkatkan dan memberikan kontribusi yang lebih tinggi ke PAD.

Kalau sebaliknya kontribusinya tinggi tetapi pertumbuhan sektor tersebut semakin hari semakin rendah, maka itu adalah sektor stagnan. Sektor yang memang tidak bisa berkembang lagi tetapi memang kontribusinya masih bagus untuk PAD

Jika sektor tersebut pertumbuhannya rendah juga kontribusinya rendah, maka itu sama dengan sektor yang tidak berkembang. Ketika mendesign atau membahas kebijakan anggaran, hal-hal tersebut menjadi cemin yang harus diperhatikan.

“Demikian pula sektor pariwisata. Sektor ini harus dikaji. Ia di kuadran yang mana? Kita kemudian tidak bisa menempatkan dia di sektor unggulan misalnya, tanpa melihat pertumbuhan sektor ini seperti apa. Terus kontribusi dia ke PAD seperti apa. Kalau kontribusinya kecil ke PAD, lalu kebijakan anggaran terlalu fokus ke sana juga tidak berdampak. Kita mis-alokasi anggaran jadinya,” jelasnya.

Sektor Pertanian

Untuk sektor pertanian, Calon Bupati Sabu Raiju aitu menegaskan, bahwa salah satu isu utama terkait pengembangan sektor pertanian yaitu air. Sabu Raijua memang sangat kering dengan jumlah ketersediaan air yang terbatas. Setiap tahun Sabu Raijua mengalami kekurangan 7 juta kubik air. Pemerintah Daerah sudah sejak tahun 1980-an membangun embung-embung di wilayah Sabu Raijua.

Perhatiannya kedepan jika dipercaya rakyat sebagai Bupati, ia akan fokus pada rehabilitasi embung-embung yang sudah ada dan penambahan unit-unit embung baru, untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan air.

Pengembangan embung merupakan strategi penting, karena air merupakan kebutuhan fundamental sekaligus isu fundamental masyarakat di wilayah Sabu Raijua, dalam konteks pengembangan sektor pertanian. * Bersambung…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *