Spiritnesia.com, Kupang – Seekor Dugong terdampar dalam keadaan mati di Pantai Panmuti, Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Demikian disampaikan Ir. Arief Mahmud, M.Si Kepala BBKSDA Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui rilisnya kepada media ini pada Sabtu, 08/01/2025.
“Bangkai Dugong tersebut ditemukan dalam keadaan telah membengkak, sebagian besar kulit terkelupas dan berwarna kemerahan, terdapat pembusukan parah pada bagian anus, sebagian organ dalam berupa usus terburai keluar,” tulisnya.
Ia menjelaskan, bangkai Dugong itu terseret arus ombak besar dan bangkai Dugong tersebut dibawa arus ke Pantai Oebelo Kecil.
“Kami mendapat laporan dari warga masyarakat bahwa ada bangkai Dugong yang ditemukan warga di sekitaran Kawasan TWAL Teluk Kupang pada koordinat 10° 6’ 7,1245”S 123° 43’ 22,539” E,” jelasnya.
Selanjutnya BBKSDA NTT melakukan kordinasi dengan BKKPN Kupang, BPSPL Denpasar, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Undana serta masyarakat di sekitar lokasi penemuan bangkai Dugong.
“Bangkai Dugong ditemukan dalam keadaan telah membengkak, sebagian besar kulit terkelupas dan berwarna kemerahan, terdapat pembusukan parah pada bagian anus, sebagian organ dalam berupa usus terburai keluar,” jelas Arief Mahmud.
Ia menyebut, dalam klasifikasi kondisi mamalia terdampar terdapat 5 kode kondisi yakni: Kode 1: hewan masih hidup; Kode 2: baru saja mati, belum ada pembengkakan; Kode 3: bangkai mulai membengkak; kode 4: bangkai sudah membusuk; kode 5: bangkai sudah mulai memutih bahkan menjadi kerangka.
“Dalam hal ini bangkai Dugong yang ditemukan kondisinya antara kode 3 ke arah kode 4,” terangnya.
Sebelumnya, lanjut Arief Mahmud, petugas berencana untuk melakukan nekropsi dan pengambilan organ dalam untuk uji laboratorium guna mengetahui penyebab kematian. Namun, mengingat bangkai Dugong sudah dalam keadaan membusuk maka proses tersebut tidak dapat dilakukan. Diperkirakan Dugong telah mati sehari sebelumnya lebih dari 24 jam.
Penanganan selanjutnya dilakukan penguburan bangkai dugong untuk menghindari penyebaran penyakit. Lokasi penguburan dilakukan di area pesisir Oebelo dengan jarak sekitar 100 m dari lokasi temuan pada koordinat 10° 6’ 6,15467”S 123° 43’ 25,74365 E.
Upaya penanganan berupa penguburan ini merupakan langkah standar terhadap bangkai satwa yang terdampar apabila ditemukan sudah dalam keadaan mati maupun membusuk, mengingat satwa liar dapat menjadi sumber penularan virus maupun bakteri yang berbahaya bagi manusia apalagi satwa liar sudah mati dan membusuk. Proses evakuasi dan penguburan dilakukan bersama masyarakat desa tanah merah serta KTH Dalek Esa binaan Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur.
Dugong atau sering disebut Duyung yang memiliki nama latin Dugong Dugong merupakan salah satu jenis mamalia laut.
Dugong ini termasuk dalam jenis dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindung.
Secara Internasional satwa ini berstatus Vunberable atau Rentan berdasarkan IUCN Redlist serta masuk dalam daftar Appendiks I CITES yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. juga dilindungi karena sebaran dan populasinya yang semakin menurun.
Habitat dugong meliputi daerah pesisir dangkal sampai dengan sedang dengan suhu perairan hangan hingga sedang (suhu minimum 15-17oC). Dugong merupakan jenis hewan laut herbivora yang banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas makan di perairan yang ditumbuhi lamun dan rumput laut.
Di Nusa Tenggara Timur Duyung terutama diketahui berada di perairan Alor dan beberapa perairan lainnya.
Pada Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang Duyung dapat ditemukan di sekitar perairan Pulau Semau. Dan di Tahun 2024 itu kejadian penemuan Duyung yang terdampar dalam keadaan mati juga terjadi di Pantai Sulamu Kabupaten Kupang.
“Kami menghimbau kepada masyarakat untuk segera melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila menemukan satwa perairan yang terdampar,” ujarnya.