
Keterangan Foto: Diana S.A. Natalia Tabun, Pengamat Politik dari Program Studi (Prodi) Ilmu Politik FISIP UNDANA Kupang (Dok. SN)
Spiritnesia.com, Kupang – Pengamat Politik, dari Program Studi (Prodi) Ilmu Politik FISIP UNDANA Kupang, menyatakan Konstelasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam segmentasi Pemilihan Gubernur (Pilgub), berpotensi Tiga poros.
Demikian disampaikan Diana S.A. Natalia Tabun, Pengamat Politik dari Program Studi (Prodi) Ilmu Politik FISIP UNDANA Kupang kepada media ini di ruang kerjanya pada Rabu, 05/06/2024.
“Kemungkinan besar akan terjadi koalisi Tiga Poros pada Parpol itu akan terjadi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Timur,” ujar pengamat politik Natalia Tabun.
Karena, kata Natalia Tabun, ada banyak nama bermunculan dalam konstelasi Pilgub NTT saat ini, mulai dari politisi, pengusaha, akademisi, purnawirawan hingga yang masih aktif sebagai TNI.
“Konstelasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam segmentasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) semakin menarik untuk disimak,” tandasnya.
Lanjut Natalia Tabun membeberkan Nama-nama bakal Calon Gubernur antara lain, Emi Nomleni, Fransiscus Go, Viktor Bungtilu Laiskodat, Irjen Pol (Purn.) Johni Asadoma, Orias Petrus Moedak, Ansy Lema, Kolonel Simon Petrus Kamlasi, Fary Francis, Frans Aba, Melky Laka Lena, Refafi Gah, Roy Bulan, Andre Garu, Sebastian Salang, Kornelius Kodi Mete dan Jane Natalia Suryanto.
“Dari sekian banyak nama yang ada saat ini, semuanya mencalonkan diri sebagai bakal calon Gubernur dan hanya beberapa nama yang maju sebagai bakal calon wakil Gubernur,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa nama-nama para bakal calon ini terus bergulir dan berproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang sementara berjalan.
“Sejauh ini pengamatan saya untuk para bakal calon Gubernur dan bakal calon wakil Gubernur yang kemungkinan akan menguat adalah terjadinya 3 poros koalisi partai politik untuk Pilgub NTT,” ungkapnya.
Dimana, menurut Natalia, dalam hitungan prediksi koalisi antara lain arah koalisi partai politik yang memiliki kursi di DPRD Provinsi NTT berpeluang mengusung 3 pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
Diana mengungkapkan bahwa poros koalisi partai politik akan merujuk pada peta koalisi nasional waktu Pilpres 2024, pemetaan koalisi dan pasangan bakal calon yang akan diusung pada pemilihan Gubernur NTT kali ini.
“Paket 1 yakni NASDEM – GERINDRA – PKB dan PKS, kemudian paket ke 2 yakni GOLKAR – DEMOKRAT – PAN dan PSI, lalu paket yang ketiga yakni PDIP – HANURA – PERINDO,” ungkapnya.
Natalia menegaskan bahwa dari sekian banyak figur, yang sudah memiliki kendaraan politik hanya ada beberapa nama.
Melki Laka Lena, Ketua DPD I Golkar NTT juga anggota DPR RI aktif dan Sebastian Salang dengan kendaraan politiknya yakni Golkar, lalu Ansy Lema anggota DPR RI aktif dan Emi Nomleni Ketua PDIP NTT yang juga Ketua DPRD NTT serta Kornelius Kodi Mete dengan PDIP.
Jane Natalia Suryanto (Ketua Dewan Pembina PSI) dengan kendaraan politiknya yakni PSI, lalu Refafi Gah Ketua Hanura NTT dengan kendaraan politik Hanura.
Ada kader Gerindra NTT yakni Fary Francis, Andre Garu dan juga Irjen Pol (Purn) Johni Asadoma yang sudah ber KTA Gerindra serta Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) (Nasdem).
“Figur yang sudah punya kendaraan politik memiliki nilai tawar lebih dalam menentukan arah politik dan koalisi pada Pilgub kali ini,” ungkapnya
Namun, menurutnya, tentunya posisi yang sementara ini akan menguat juga setelah survei politik yang dilakukan oleh partai politik atau survei internal para bakal calon gubernur dan wakil gubernur nantinya.
Lanjut Natalia mengungkapkan bahwa semangat Pilkada yang sebentar lagi akan dilaksanakan di NTT tentunya menganut prinsip keterbukaan dalam berdemokrasi.
Ia mengatakan bahwa dalam konteks komunikasi politik, polling menempati posisi penting untuk mengukur dan menganalisis pendapat umum di negara yang menganut sistem demokrasi.
Bagi para pemimpin negara, pemimpin politik, atau para kandidat yang ingin bertarung dalam pemilihan yang melibatkan banyak massa, umumnya menggunakan jasa lembaga riset untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dukungan massa terhadap citra para kandidat.
Polling/survei mempunyai pengaruh yang besar dalam kampanye politik, terutama untuk melihat favorit-tidaknya seorang calon, atau potensi pemilih yang diharap akan memberikan suara pada partai tertentu.
“Tentu hal ini masih memberikan ruang bagi para bakal calon ini untuk bargaining posision ataupun lobi-lobi politik dalam mendapatkan dukungan partai politik serta simpati public,” ujarnya. (SN/BN)