
Spiritnesia.com, Kupang – Yayasan CIRMA telah melakukan perubahan signifikan dalam sikap dan mental petani kecil di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam evaluasi satu semester pertama, Direktur Yayasan CIRMA NTT memaparkan sejumlah persoalan dan kebutuhan petani kecil sebelum intervensi program.
Dalam evaluasi tersebut, Yayasan CIRMA menggunakan model pendekatan “live in” (hidup bersama masyarakat) untuk memahami secara langsung kehidupan masyarakat desa. Sejak Januari hingga Maret 2025, tim CIRMA melakukan survei lapangan untuk mendapatkan potret masyarakat desa.
Setelah survei, District Focal Point (DFP) Yayasan CIRMA melakukan pola “live in” di desa-desa target. Selama berada di desa, DFP mengalami dan merasakan secara langsung kehidupan masyarakat desa, menemukan kebutuhan dan persoalan yang sedang dialami oleh petani.
“Staf CIRMA alami, rasakan dan mereka temukan kebutuhan dan persoalan petani, dan dari situ mereka bersama mencari solusi,” ungkap John, Direktur Yayasan CIRMA, kepada media ini pada Rada, 30/07/2025.
John memaparkan bahwa pola “live in” adalah pendekatan yang tepat dan ideal untuk melakukan perubahan. Setelah melakukan monitoring di desa-desa, John melihat perubahan signifikan pada masyarakat.
“Setelah pendamping CIRMA hadir bersama masyarakat desa, kami lihat masyarakat ada perubahan. Kami pastikan semua masyarakat akan berubah jika pendamping hidup bersama mereka,” papar John.
Yayasan CIRMA mengajak semua stakeholder pembangunan masyarakat NTT untuk melakukan kolaborasi aksi untuk perubahan masyarakat. Pola pendekatan “live in” dianggap sebagai pendekatan yang ideal untuk memahami kebutuhan dan persoalan masyarakat.
“Live in, (tinggal bersama) masyarakat. Merasakan, mengalami, tentu akan menemukan kebutuhan dan permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Kami siap melatih para pendamping masyarakat, namun butuh keterlibatan banyak pihak,” harap John.