Oleh : Donsius Mangngi
Spiritnesia.com, Hampir seluruh masyarakat dunia Mengenal demokrasi yang di Kumandangkan saat ini adalah sistem demokrasi yang terbaik, tetapi apakah sistem demokrasi hari ini selalu memperhatikan kepentingan rakyat?
Sistem politik demokrasi selalu dianggap sistem superior di mata masyarakat dunia karena dalam sistem demokrasi sepenuhnya ada didalam tangan masyarakat itu sendiri.
Selain itu demokrasi dianggap bisa mengakomodir beragamnya semua kepentingan.
Tidak heran Abraham Lincon pernah berkata bahwa demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dan dibanggakan sistem terbaik saat ini, akan tetapi sistem demokrasi memiliki paradoxnya sendiri yang dalam sekejap dapat membunuh cita-cita dari demokrasi itu sendiri.
Hal yang yang membuktikan itu KEMENANGAN PUTIN yang baru-baru ini diumumkan melalui sistem demokrasi putin dapat melanggengkan kekuasaannya dan semuanya terlihat seolah-olah legal. Dan hal itu yang diinginkan rakyat.
Contoh yang paling klasik tentang paradox demokrasi adalah kemenangan partai NASI di Jerman pada tahun 1932 lewat pemilihan yang cukup adil dan terbuka, rakyat Jerman memilih partai yang dipimpin oleh seorang yang kemudian terbukti sebagai penjahat kemanusiaan.
Para filsuf sejak lama mencurigai demokrasi, salah satunya adalah Plato.
Menurut Plato, “Demokrasi bukanlah yang ideal, melainkan sebuah sistem politik yang memberi jalan buat seorang TIRAN untuk berkuasa.
Argumen Plato sederhana, masyarakat secara alamiah terpolarisasi antara yang kaya dan yang miskin, yang terdidik, terbelakang, yang kuat dan lemah. Dengan demokrasi orang-orang kaya akan menggunakan mereka yang miskin, bodoh dan lemah untuk memobilisasi kekuatan.
Tulisan yang sederhana ini saya kutip dari beberapa referensi, salah satunya dari alur film, CHANEL KAMAR FILM.
Indonesia saat ini menganut sistem politik demokrasi.
Yang menjadi pertanyaan, Apakah Indonesia pernah mengalami hal serupa?
Jawabannya ya.
Kenapa?
Sesuai pengamatan saya, setiap kali pemilu yang kaya selalu menggunakan mereka yang bodoh untuk mendapatkan kekuasaan melalui bantuan yang tidak tepat sasaran dan janji palsu.
Pribadi kita tidak buta dengan situasi saat ini, pemilu yang lalu adalah pemilu paling bobrok dalam sejarah Indonesia.
Bagaimana kekuasaan penguasa menggunakan banyak cara untuk melanggengkan kekuasaannya, salah satunya contohnya konstitusi dikebiri.
Kita mengalami transisi kepemimpinan melalui pilkada pada 27 november mendatang.
Harapan saya, kita anak muda generasi penerus bangsa harus mampu melihat calon pemimpin yang akan kita pilih dari rekam jejaknya.
Tidak melihat bakal calon gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati serta walikota dan wakil walikota dari angka-angka survei yang bertebaran di media namun lihatlah track record para paslon yang akan berkompetisi nanti.
Kedaulatan itu sepenuhnya ada di tangan kita, memilih pemimpin bukan dari angka survei semata.