
Dok. Istimewa
Spiritnesia.com, Sabu Raijua – Bupati Sabu Raijua, Krisman B. Riwu Kore, SE.,MM didampingi Wakil Bupati Ir. Thobias Uly, M.Si secara resmi membuka Pertemuan Koordinasi Analisis Situasi Pelaksanaan Integrasi Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif pada Sasaran Prioritas Penurunan Stunting Tahun 2025 yang digelar di Aula Kantor Bupati Sabu Raijua, Selasa, 15/07/2025.
Kegiatan ini dihadiri oleh Sekda, Kepala Kemenag, Pimpinan OPD, Tim Percepatan Penurunan Stunting, para Camat, Kepala Desa/Lurah, Kepala Puskesmas, serta operator dan verifikator Aksi Konvergensi tingkat Kecamatan.
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi, mempertajam strategi intervensi, dan meningkatkan komitmen lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sabu Raijua. Berdasarkan data EPPGBM Mei 2025, prevalensi stunting di Sabu Raijua tercatat 22,8% (1.710 balita dari 7.502 yang ditimbang).
Dalam sambutannya, Bupati menegaskan bahwa penanganan stunting adalah isu strategis pembangunan manusia, dengan target nasional 14,4% pada 2029 dan 5% di tahun 2045. Sabu Raijua sendiri menargetkan prevalensi 32,7% pada 2025, sesuai SKI 2023.
Bupati juga memaparkan capaian Kabupaten Sabu Raijua sebagai salah satu dari 10 kabupaten/kota berkinerja baik dalam aksi konvergensi tahun 2024 di Provinsi NTT, serta menekankan pentingnya analisis situasi untuk mendasari kebijakan yang tepat. Analisis ini mencakup pengumpulan data 16 sasaran, 31 indikator layanan, dan 13 data pendukung berbasis desa.
Sejumlah program unggulan penurunan stunting turut disampaikan, antara lain:
Pemberian makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil KEK,Kelas edukasi calon pengantin (Kecap Pedis), Program “Hati Sarai”, “Sabu Kasih”, “Genting”, hingga “Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat)”.
Di akhir sambutan, Bupati mengingatkan pentingnya identifikasi sasaran, pemetaan kendala layanan, serta rekomendasi program intervensi berbasis data untuk mendukung konvergensi percepatan penurunan stunting di Sabu Raijua.