
Oleh: Armyndo Tlali, (Guru SMP Sta. Angela Atambua)
Menyapa Era Digital dalam Dunia Pendidikan
Spiritnesia com, Belu – Pagi itu, suasana di SMP Santa Angela berbeda dari biasanya. Tidak ada kertas ujian yang berserakan di meja guru, tidak terdengar suara lembar jawaban yang dibalik oleh siswa. Sebaliknya, di setiap meja tampak layar gawai yang menyala, memperlihatkan tampilan berwarna biru dengan tulisan “Socrative Student Login”. Hari itu, seluruh peserta didik SMP Santa Angela menjalani Sumatif Tengah Semester dengan cara yang lebih modern-menggunakan aplikasi Sokrates, sebuah platform digital yang dirancang untuk membantu proses penilaian secara daring dan interaktif. Perubahan ini bukan sekadar mengikuti tren, tetapi menjadi bagian dari komitmen sekolah dalam mengintegrasikan teknologi pendidikan (edutech) ke dalam proses belajar mengajar. Inovasi ini menandai langkah maju menuju pembelajaran abad ke-21, di mana kecakapan digital menjadi bagian tak terpisahkan dari kompetensi siswa.
Sokrates, Sahabat Baru dalam Ujian
Socrates atau lebih dikenal secara internasional sebagai Socrative bukan sekedar aplikasi biasa, la memungkinkan guru untuk membuat, mengelola, dan menilai ujian dengan cepat serta efisien. Melalui fitur seperti quiz, space race, dan instant feedback, siswa tidak hanya menjawab soal, tetapi juga belajar memahami kesalahannya secara langsung. Penggunaan aplikasi ini memberikan pengalaman baru baik bagi pendidik maupun peserta didik.
“Kami ingin membangun suasana ujian yang bukan menegangkan, tetapi menantang dan mendidik. Dengan Socrates, siswa belajar bertanggung jawab atas perangkat mereka sendiri dan sekaligus beradaptasi dengan sistem digital,” ungkap Sr. Floren OSU, selaku Kepala Satuan Yayasan SMP Sta. Angela Atambua yang turut memantau pelaksanaan ujian.
Ibu Eni Kalumbang selaku Ketua panitia pelaksanaan Sumatif Tengah Semester I melanjutkan bahwa:
“Kami berkomitmen untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, serta praktis dan fleksibel, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan antusias, mandiri dan sesuai dengan kebutuhan serta ritme belajarnya masing-masing”!
Siswa pun tampak antusias. Bagi mereka, ujian kali ini terasa lebih ringan. Tidak ad a lagi rasa khawatir kehilangan lembar jawaban atau salah mengisi kolom nama.
“Asyik, Pak! Soalnya langsung muncul di layar,” ujar Pedro, siswa kelas VIII sambil tersenyum lega setelah menyelesaikan ujian Bahasa Indonesia di hari pertama.
Teknologi yang Mendidik Disiplin dan Kejujuran
Meski berbasis digital, ujian dengan Sokrates tidak menghilangkan nilai-nilai dasar pendidikan seperti disiplin, tanggungjawab, dan kejujuran. Setiap siswa tetap diminta menjaga ketertiban, tidak membuka aplikasi lain, dan fokus pada soal yang diberikan. Guru-guru pun berperan sebagai pengawas atif, memantau dari dashboard aplikasi yang menampilkan aktivitas setiap peserta ujian secara real time. Sistem ini memungkinkan guru melihat siapa yang sudah menjawab, siapa yang tertinggal, bahkan mendeteksi jika ada yang mencoba keluar dari laman ujian.
“Kami tidak hanya menilai hasil akademik, tapi juga membentuk karakter jujur dan mandiri,” kata Pak Melton, Wakil Kepala Sekolah.
la menambahkan, pendekatan digital seperti ini justru membantu peserta didik melatih digital ethics atau etika dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
Belajar dari Pengalaman-Antara Tantangan dan Keuntungan
Tentu, pelaksanaan ujian digital tidak lepas dari tantangan. Masalah jaringan internet, daya baterai gawai yang cepat habis, hingga kebingungan siswa yang baru pertama kali mengakses aplikasi menjadi warna tersendiri dalam proses ini.
Namun, semua itu justru menjadi bahan pembelajaran berharga. Tim IT sekolah bersama para guru dengan sigap membantu setiap kendala teknis yang muncul. Di balik kesibukan itu, semangat gotong royong dan kerja sama antar warga sekolah tampak jelas.
“Awalnya memang deg-degan, takut error,” ujar Reyhan, siswa kelas VII. “Tapi lama-lama terbiasa. Rasanya kayak main kuis, seru dan cepat.”
Bagi sekolah, pengalaman ini menjadi evaluasi penting untuk pelaksanaan ujian digital di masa mendatang. Selain efisien dan ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan kertas, metode ini juga mempercepat proses penilaian sehingga guru bisa lebih fokus pada analisis hasil belajar.
Langkah Kecil Menuju Transformasi Besar
Pelaksanaan Sumatif Tengah Semester dengan aplikasi Sokrates di SMP Santa Angela bukan hanya tentang perubahan cara ujian, melainkan juga perubahan pola pikir-bahwa pendidikan modern harus sejalan dengan kemajuan teknologi.
Melalui kegiatan ini, siswa belajar bahwa teknologi bukan hanya alat hiburan, tetapi juga jembatan menuju pembelajaran yang lebih bermakna. Guru pun semakin terbuka terhadap inovasi digital yang mendukung efektivitas pembelajaran.
Langkah kecil ini mungkin tampak sederhana, tetapi sesungguhnya menjadi bagian dari transformasi besar: membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan semangat “Serviam” -melayani dengan hati, belajar dengan makna, dan berkembang dengan tekad untuk menjadi terang bagi sesama.