
PJ. Bupati Lembata Drs. Marsianus Jawa, M.SI saat bersama Masyarakat di Desa Lamalera Kabupaten Lembata
Spiritnesia.com, Kupang – Mantan Penjabat (PJ), Bupati Lembata periode 2023-2024, Drs. Marsianus Jawa, M.SI diminta masyarakat kembali ke Lembata untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), yang belum dikerjakan waktu itu.
Hal ini disampaikan Mantan PJ. Kabupaten Lembata Drs. Marsianus Jawa, M. SI kepada media ini ketika di temui di ruang kerjanya pada Selasa, 07/05/2024.
“Banyak Pekerjaan Rumah yang belum saya tuntaskan, karena waktu itu, saya hanya satu Tahun menjabat sebagai Penjabat Bupati Lembata. Sehingga, banyak masyarakat yang meminta agar Saya harus kembali ke Lembata untuk kerjakan apa yang menjadi pekerjaan rumah itu,” tandas Marsianus.
Ia membenarkan bahwa, permintaan untuk kembali ke Kabupaten Lembata itu atas dasar permintaan masyarakat. Bukan atas dasar kemauan sendiri. Dirinya juga menyebut bahwa Kabupaten Lembata itu memiliki potensi yang luar biasa. Hanya mungkin saja belum mendapatkan sosok pemimpin yang tepat saja.
“Kabupaten Lembata itu punya banyak potensi. Hanya kita kembalikan lagi kepada pemimpin saja,” ujar Mantan PJ. Bupati Lembata itu.
Menurut Marsianus, Kabupaten Lembata itu kalau mendapatkan pemimpin yang memahami benar isi Lembata, pasti akan ada perubahan besar dan mendunia.
“Saya Satu Tahun menjabat dan pahami benar apa yang harus di prioritaskan di sana. Dan banyak potensi yang harus dilakukan dan dikerjakan,” pungkasnya.
Menurut Marsianus, di Kabupaten Lembata itu, ada satu Desa yang memang sangat luar biasa dan memiliki keunikan tersendiri yakni budaya berburu Ikan Paus. Budaya ini masih terjaga hingga saat ini. Tetapi ketika kalau kita mau ingin kesana itu membutuhkan waktu yang cukup karena infrastrukturnya belum tersentuh. Dan itu salah satu mimpi saya untuk membenahi itu.
“Itu yang saat ini sedang saya pikirkan untuk bagaimana bisa membangun infrastruktur. Sehingga dengan keunikan yang ada itu bisa kita jadikan sebagai tempat pariwisata kedepan,” kata Marianus alias Mari sapaan akrabnya.
Uniknya, lanjut Mari, perburuan yang mereka lakukan adalah dalam skala kecil 3-5 ekor per Tahun, dan perburuan dilakukan dengan cara tradisional. Dan alat yang digunakan juga itu Tombak bambu.