Spiritnesia.com, Kupang – Diakhir masa jabatan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), menyampaikan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), tahun 2019-2021 dilaksanakan dengan Pola Reguler dan tahun 2022-2023 dengan Pola Kemitraan.
Hal ini disampaikan Gubernur VBL pada saat menyampaikan Pidato Pembangunan Gubernur NTT Dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia di Gedung Aula El Tari, Rabu (16 /8/23).
“Program TJPS tahun 2019-2021 dilaksanakan dengan Pola Reguler yaitu pemerintah provinsi menyiapkan sarana produksi bagi petani/kelompok tani penerima manfaat. Dan pada tahun 2022-2023, TJPS dilaksanakan dengan Pola Kemitraan, tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dimana para petani secara mandiri membiayai usaha taninya melalui dukungan ekosistem keuangan,” ujar Gubernur VBL.
Semenjak program tersebut dilaksanakan ada peningkatan luas lahan penanaman jagung, yakni, pada tahun 2019, luas lahan tanam jagung mencakup 2400 hektar dengan luas panen 2.017,53 hektar dengan total produksi mencapai 9.538,9 ton, jelas VBL.
Sementara itu, Lanjut VBL, pada tahun 2022 luas lahan tanam meningkat menjadi 101.356,05 hektar dengan luas panen 95.403 hektar dangan kapasitas produksi 297.657 ton. Dan pada tahun 2023 ini, ditargetkan luas area tanam sebesar 300.000 hektar di seluruh NTT.
“Perlu di ketahui, di tahun 2022, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Provinsi NTT melakukan ekspor jagung curah ke Surabaya sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya.”
Sehingga program tersebut merupakan suatu bentuk kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang bertujuan bukan semata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Tetapi juga untuk mengisi kebutuhan supply chain atau rantai pasok kebutuhan lokal maupun rasional, jelasnya lagi.
Selain Program TJPS jelas VBL, Pemerintah juga tetap berkomitmen mengembangkan tanaman Marungga (Kelor, red), untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan rakyat, ucapnya.
“Progam Tanam Kelor tersebut sudah berlangsung dari tahun 2019 hingga saat saat ini, dan telah Beroperasi di 22 Kabupaten/Kota dengan jumlah tegakan Kelor sebanyak 8.279.285 pohon.”
Dengan bahan dasar Kelor, kita sudah membangun Industri kecil dan sudah mulai berkembang di seluruh NTT dalam berbagai produk oleh UMKM untuk memenuhi kebutuhan daerah maupun diekspor ke luar negeri.
Berdasarkan pantauan media ini, acara tersebut di hadiri oleh sejumlah pihak mulai dari para Kepala Dinas lingkup Provinsi NTT, Forkopimda Provinsi NTT, TNI, Polri, Guru, Pelajar dan Mahasiswa Pers, serta stakeholder terkait lainnya. (Bang Gusty)