Spiritnesia.com, Ende – Proyek Preservasi Jalan Nasional Ruas Ende-Wolowaru senilai Rp 6.385.984.000 (sekitar Rp6,3 Milyar) yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana, PT. Bina Citra Tehnik Cahaya (BCTC) diduga dikerjakan tidak sesuai Spek (spesifikasi) karena hanya sedikit menggunakan split (batu pecah ukuran 1 cm x 1 cm, red) dan abu batu (hasil giling crasher, red) dalam campuran aspal (hotmix) sehingga tekstur jalan yang telah dikerjakan tampak kasar, berpori dan mengalami retak rambut.
Berdasarkan pantuan tim wartawan media ini pada Senin (12/12/22) di titik awal pekerjaan yaitu di Ndao, tidak terlihat papan nama proyek yang terpasang. Dari STA 0 yaitu Ndao, tim media ini menelusuri pekerjaan hotmix di sepanjang Jalan Mahoni hingga perempatan lampu merah (Kantor Kodim 1602) Ende.
Permukaan jalan yang baru saja di hotmix tersebut tampak kasar dan berpori. Permukaan aspalnya pun bergelembung/bergelombang dan terlihat ada retak rambut.
Nampak permukaan lapisan aspal yang digunakannya pun didominasi oleh aspal hotmix berperformance kasar dan berpori. Diduga aspal hotmix yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan ini tidak sesuai dengan spesifikasi material yang direncanakan.
Kondisi ini yang sama juga tampak di depan Puskesmas Kota Ratu, Kecamatan Ende Utara. Nampak jelas di pinggir kiri jalan terjadi beberapa titik keretakan. Hal ini terjadi karena saat pekerjaan penghamparan aspal hotmixnya yang tidak merata. Ketebalan hotmix-nya pun tampak tidak merata (tebal –tipis).
Dari ruas jalan Mahoni tim wartawan ini pun menelusuri kondisi permukaan aspal di jalan Soekarno dan jalan Katedral Ende. Setibanya dipertigaan kantor PELNI Ende, tim wartawan pun menemukan ada beberapa titik retak buaya (Aligator Cracks). Usai mengambil gambar untuk dijadikan dokumentasi, tim wartawan ini pun kembali melanjutkan perjalanan menelusuri hasil pekerjaan hotmix di sepenjang ruas jalan nasional Trans Flores ruas Ende-Wolowaru.
Kondisi permukaan hotmix yang kasar dan berpori juga tampak di Km 6, Kelurahan Reworangga, Kecamatan Ende Timur, yakni di tikungan halus sebelum memasuki gereja Katolik Paroki St. Martinus Roworeke. Nampak dengan jelas kelikir kali bulat yang muncul dipermukaan aspal tersebut. Tak terlihat split dalam campuran hotmix di titik ini.
Selain itu, pada persambungan permukaan pada bagian tengah badan jalan, nampak permukaan aspalnya seperti gelombang laut yang pecah di pesisir pantai. Para terpaksa mengurangi laju kendaraan mereka untuk menghindari kecelakaan.
Informasi yang diperoleh Tim Media ini dari seorang staf Satker PJN 4 yang meminta agar identitasnya dirahasikan, mengungkapkan bahwa PPK 4.2 telah memberi teguran kepada Kosmas Heng setelah melihat hasil pekerjaan hotmix-nya yang tidak sesuai spesifikasi.
“PPK terlalu berani memberikan kepercayaan itu kepada Heng Kosmas. Lihat saja hasilnya, kasar, gelembung dan bergelombang lagi. Ini kalau pak Kabalai tahu, pasti PPK dan Satker yang bakal menanggung resikonya,” ungkapnya.
Menurutnya, pada saat produksi aspal pada AMP milik PT. BCTC di Desa Podenura, perusahaan tersebut kekurangan kadar aspal, abu batu dan split sehingga hasil pekerjaan hotmixnya gradasi tidak menerus atau terjadi gab gradation (komposisi material).
“Akibatnya tampak jelas dipermukaan aspal yang baru di hotmix dari butiran halus loncat ke butiran kasar, sehingga tampak jelas ada kekurangan abu batu dan split,” bebernya.
Usai mendengar penjelasan tersebut, tim wartawan memutuskan untuk kembali menelusuri ruas jalan yang telah dikerjakan itu. Setibanya di perempatan jalan gereja Kristus Raja Ende, tim wartawan menghentikan kendaraan dan mengamati hasil pekerjaan hotmix tersebut. Nampak jelas butiran kasar di permukaan hotmixnya. Hotmix juga tampak bergelombang.
Padahal lazimnya, meskipun hotmix baru dikerjakan atau dihampar tetapi permukaan hotmixnya harus tetap halus dan tidak boleh kelihatan butiran-butiran kasar dan berpori. Usai mengamati hotmix di ruas tersebut, tim wartawan kembali menyusuri Jalan Mahoni hingga Jalan Soekarno menuju Jalan Katedral Kristus Raja Ende. Dan hasil pekerjaan hotmix nya pun sama yaitu berpori dan bergelombang.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 4.2, Ruas Ende-Wolowaru, Wilhelmus Sagu Djawa yang dikonfirmasi per telepon pada Kamis (15/12/22) mengatakan, hasil pekerjaan PT. Bina Citra Teknik Cahaya (BCTC) secara keseluruhan baik.
“Kontraktor pelaksananya PT. BCTC, Direkturnya Pak Athur Surya Darma (Heng Kosmas). Kalau saya melihat pekerjaan secara keseluruhan baik, hanya ada bagian-bagian yang mungkin agak kasar,” ujar pria yang akrab di sapa Wely.
Menurut Wely, permukaan aspal akan rata dengan sendirinya sekitar sebulan di lalui kendaraan.
“Cuman kalau pekerjaan aspal itu, biasanya kita menunggu dalam waktu sebulanlah, dengan maksud ketika LHR mulai jalan, lalu lintas sudah lewat, nanti kita lihat aspalnya akan naik. Aspal yang kasar atau berpori itu biasanya akan tertutup,” katanya.
Namun jika permukaan aspal tetap kasar dan berpori, lanjut Wely, maka pihaknya akan meminta kontraktor untuk memperbaikinya.
“Tapi kalau toh nanti kami lihat perkembangan ke depan ini, kalau memang perlu diperbaiki, kami siap untuk perbaiki,” tandasnya.
Mengenai kurangnya split dan abu batu dalam campuran aspal/hotmix yang diproduksi PT. BCTC, Wely mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium oleh pihaknya, aspal PT. BCTC telah memenuhi standar.
“Kalau menurut hasil lab kita, memang masuk. Pakai abu batu. Semua menggunakan abu batu,” katanya.
Namun menurutnya, tidak seluruh hotmix tampak baik. “Hanya memang itulah tidak semua pelaksanaan di segmen atau semua tempat itu baik 100 %. Ada beberapa faktorlah mungkin. Tapi kita lihat beberapa waktu ke depan, kalau LHR-nya sudah jalan bagus, dia masih ada indikasi kasar atau apa bagaimana? Mungkin kami akan perbaiki,” ujar Wely.
Wely menjelaskan, pada Ruas Ende-Wolowaru ada 2 kegiatan yang dilaksanakan PT. BCTC yakni: 1) Kegiatan Preservasi Jalan senilai Rp 6.385.984.000. Realisasi Fisik: 63% dan Keungan 47,65%; dan 2) Kegiatan Penanganan Longsoran Rp 1.101.717.000. Realisasi Fisik 68,02% dan Keuangan 49,54%.
“Dua paket ini dilaksanakan PT. BCTC. Lokasinya sama, di km 27 Waktu pelaksanaannya 44 hari kalender, sampai 31 Desember 2022,” bebernya.
Terkait sisa waktu pelaksanaan pekerjaan yang pendek, Ia berharap cuaca juga akan mendukung pelaksanaan pekerjaan.
“Kalau hujan sore, kita hampar pagi. Kalau hujan pagi kita hampar sore. Kita sesuaikan dengan kondisi alam. Kita harap bisa selesai pada tanggal 31 Desember.” Harap Wely. (SN/tim)