
Spiritnesia.com, Kupang – Event Tour de EnTeTe tahun 2025 yang akan digelar pada 10 hingga 21 September 2025 diduga melibatkan dua (2) perusahaan geothermal sebagai tim sponsor event tersebut. Hal ini merupakan suatu ironi atau kemirisan, karena di tengah situasi dan kondisi dimana mayoritas masyarakat NTT yang saat ini tegas menolak proyek geothermal.
Informasi yang dihimpun tim media ini dari sumber sangat layak dipercaya pada Sabtu, 06 September 2025 dua perusahaan tersebut yaitu Sokoria Geothermal dan Nage Geothermal.
“Itu mereka libatkan dua perusahaan geothermal di Tour de EnTeTe 2025 yakni Sokoria Geothermal dan Nage Geothermal. Lalu tambah HDF Energi dan Aquilla Cobalt Nikel. Padahal saat ini mayoritas masyarakat NTT berjuang tolak geothermal,” ujar sumber tersebut, yang menolak namanya disebutkan dalam pemberitaan ini.
Ia mengungkapkan, Sokoria Geothermal dan Nage Geothermal adalah perusahaan-perusahaan yang selama ini beroperasi di sejumlah titik wilayah di Pulau Flores seperti di wilayah Kabupaten Ende dan Kabupaten Ngada.
Keterlibatan perusahaan-perusahaan geothermal dalam event Tour de EnTeTe 2025 menurutnya menegaskan keberpihakan Pemprov NTT pada pengembangan proyek geothermal, yang selama ini dikhawatirkan masyarakat akan merusak lingkungan alam.
Lanjut sumber itu, hal ini miris, karena melibatkan Perusahaan geothermal sebagai pendonor event Tour de EnTeTe 2025 mengindikasikan signal kuat keberpihakan Pemprov NTT kepada jaringan kekuasaan dan pemilik modal (oligarki), ketimbang peduli kepada kekhawatiran public soal dampak negative geothermal.
“Masyarakat tolak geothermal, tetapi diam-diam Pemprov dan panitia libatkan mereka di event Tour de EnTeTe, sebagai bagian dari belasan pendonor atau sponsor even itu. Ini menegaskan posisi pemerintah dimana dan ke siapa dalam polemik geothermal,” sindir sumber yang adalah mantan birokrat tersebut.
Direktur Event Tour de EnTeTe (Ketua Paniti, red), Jannes Eudes Wawa yang dikonfirmasi awak media pada Minggu, (08/09/2025) pukul 18:38 WITA ini terkait informasi dugaan keterlibatan dua perusahaan geothermal sebagai pendonor even tersebut, mengaku tidak berurusan dengan sponsor. Ia menegaskan dirinya dan kepanitiaan hanya fokus pada kegiatan lomba event tersebut.
“Maaf saya hanya fokus pada urusan balapan. Kami tdk berurusan dgn (dengan) sponsor. Lbh bagus tanyakan ke Pemprov saja,” tulisnya melalui pesan WhatssApp/WA mengarahkan awak media.
Sementara itu, Gubernur NTT, Melki Laka Lena yang dikonfirmasi awak media melalui pesan WA dihari yang sama (07/09) pukul 18:36 WITA mengklarifikasi bahwa yang membantu (terlibat sebagai tim donatur, red) yaitu HDF Energy (sebuah Perusahaan PLTS dari Perancis) dan Aquilla Cobalt Nikel (sebuah perusahaan tambang, sumber daya dan energi asal Switzerland).
“Saya cek ke panitia. Yg membantu HDF Energi Perusahaan PLTS dr Perancis, bantu kaos dan Aquilla (Aquilla Cobalt Nikel, red) Perusahaan kacamata bantu kacamata,” tulis Gubernur Melki menjawab wartawan.
Awak media lanjut menunjukkan data jumlah sponsor yang terdapat nama Sokoria Geothermal dan Nage Geothermal sebagaimana disebut narasumber, Gubernur Melki menegaskan, bahwa informasi yang ia dapatkan, dua Perusahaan tersebut tidak jadi terlibat sebagai tim sponsor Tour de EnTeTe 2025. “Infonya (terkait dugaan keterlibatan sokoria geothermal dan Nage Geothermal sebagai sponsor, red) tidak jadi,” tulisnya lagi singkat.
Penelusuran tim media ini (07/09), PT Sokoria Geothermal Indonesia (PT SGI), salah satu anak perusahaan KS Orka Renewables Pte. Ltd., yang mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sokoria Unit II (3 MW) yang berlokasi di Desa Sokoria, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Proyek tersebut merupakan ditetapkan sebagai suatu proyek strategis nasional dengan total nilai investasi sebesar USD 114,726,173 (sekitar Rp. 1.883.230.129.795,00 atau Rp1,8 triliun), dengan target penyediaan energi bersih terbarukan.
Saat ini PT. SGI tengah melakukan perencanaan pembangunan Unit III PLTP dengan target besaran daya 11 MW. Proyek ini merupakan kerjasama pihak PT SGI dengan Pemda Provinsi dan PLN.
Sementara PT. Nage Geothermal adalah proyek pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dari Kementerian ESDM, yang terletak sekitar 20 kilometer di bagian selatan Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Dilansir dari floresa.co, proyek tersebut terletak di kawasan hutan yang memiliki luas ±10.410 hektare.
Proyek ini juga mendapatkan penolakan sebagian besar warga setempat, karena kekhawatiran warga terkait dampak sosial, ekologis, serta ancaman terhadap ruang hidup mereka.