
Tim forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kupang pada Jumat, 15 Agustus 2025, melakukan proses ekshumasi. (Dok. SN)
Spiritnesia.com, Kupang – Proses pengungkapan misteri di balik meninggalnya MSB (33), warga RT. 20 RW. 9, Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang masih terus bergulir. Atas permintaan keluarga korban terkait kejanggalan meninggal-nya almarhum MSB. Tim forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kupang pada Jumat, 15 Agustus 2025, melakukan proses ekshumasi (penggalian makam, red).
Autopsi yang dilakukan oleh tim forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara Kupang merupakan prosedur medis untuk memeriksa tubuh seseorang setelah meninggal untuk mengetahui penyebab kematian. Prosedur tersebut, juga bisa mengetahui misteri di balik meninggalnya MSB.
Seperti disaksikan media ini, pada pukul 10:00 wita, dr. Edwin Tambunan, selaku Spesialis Forensik Medikolegal Bhayangkara Kupang memimpin langsung proses penggalian jenasah almarhum MSB. Seusai penggalian jenasah almarhum MSB langsung di autopsi jenazah tersebut diawali dengan pemeriksaan luar dan dilanjutkan dengan pemeriksaan bagian organ dalam hingga pukul 12:00 wita.
dr. Edwin Tambunan kepada media ini menjelaskan bahwa, proses autopsi jenazah korban almarhum MSB ini dilakukan atas permintaan keluarga.
“Proses autopsi yang dilakukan hari ini sebagai tindak lanjut atas permintaan keluarga yang merasa ada kejanggalan dalam kematian almarhum MSB,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dr. Edwin menjelaskan bahwa, proses hari ini pihaknya melakukan pemeriksaan luar yang diawali dengan melihat kondisi tubuh jenazah, kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan organ-organ dalam untuk melihat apakah ada kelainan. Pemeriksaan ini dilakukan secara menyeluruh atau holistik.
Sementara itu, Agustinus Bani selaku Paman almarhum berharap agar dari hasil autopsi hari ini bisa mengungkap secara jelas penyebab kematian almarhum MSB.
Ia mengungkapkan bahwa dari sejak awal, pihak keluarga sudah merasa ada kejanggalan pada jenazah, terutama karena adanya memar di bagian leher dan dugaan patah tulang yang disebut oleh dokter saat pemeriksaan awal.
“Kami keluarga sangat berharap hasil otopsi ini bisa menjelaskan apa sebenarnya penyebab meninggalnya almarhum, karena saat itu kami tidak mengetahui dengan jelas. Apalagi ada memar di leher dan dugaan patah tulang. Kami bersyukur pihak kepolisian telah merespons dan melakukan otopsi, dan sekarang kami menunggu hasil resmi dari pihak rumah sakit dan kepolisian,” jelas Agustinus.
Sementara untuk hasil, pihak Rumah Sakit Bhayangkara Kupang dan pihak Kepolisian masih menunggu proses analisis hasil otopsi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kematian tragis MSB (33), warga RT 20 RW 9, Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang, yang menghembuskan napas terakhir di RS Boromeus, memicu dugaan adanya tindak pidana pembunuhan berencana. Pihak keluarga mendesak penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus tersebut, terutama karena suami korban, berinisial JS, diduga kuat terlibat dalam kematian MSB.
Wadu Yohanis Timuli, salah satu anggota keluarga korban, menyampaikan kecurigaan tersebut saat ditemui wartawan pada Selasa, 29 Juli 2025. “Kejadian ini sudah beberapa hari lalu. Dokter juga menyampaikan hal-hal yang sesuai dengan apa yang kami lihat pada tubuh almarhumah. Banyak sekali kejanggalan. Karena itu kami sebagai keluarga merasa tidak puas,” ujar Yohanis.
Menurut Yohanis, keterangan suami korban yang menyebut istrinya jatuh di kamar mandi di rumah tidak sesuai dengan temuan fisik pada jenazah. Pihak keluarga bahkan mendapatkan informasi yang menimbulkan dugaan adanya tindak kekerasan yang mengarah pada pembunuhan. “Tanda-tanda fisik di tubuh korban sangat mencurigakan. Ada memar di pipi, bibir pecah dan pembengkakan berwarna kehitaman di leher bagian kiri dan kanan. Ini bukan luka karena jatuh biasa,” tegasnya.
Keluarga juga mempertanyakan sikap JS yang dinilai tidak terbuka. Diketahui MSB dilarikan ke RS Boromeus tanpa sepengetahuan keluarga, bahkan hingga meninggal dunia pun, informasi tersebut tidak disampaikan langsung oleh suaminya. “Yang paling menyakitkan, dua anggota keluarga yang datang ke RS pada 25 Juli juga tidak diizinkan masuk. Ini makin menguatkan dugaan kami bahwa ada yang disembunyikan,” tambah Yohanis.
Pihak keluarga pun berharap agar aparat penegak hukum tidak tinggal diam dalam kasus ini. Mereka mendesak agar proses penyelidikan dilakukan secara transparan demi keadilan bagi korban. “Kami sudah kehilangan, anak-anak juga sudah tidak punya ibu. Kami hanya ingin proses hukum berjalan sebagaimana mestinya. Kami ingin keadilan ditegakkan,” tandasnya.
Seorang anggota Polsek Alak yang ditemui media membenarkan adanya indikasi tidak wajar dalam kematian MSB. “Keterangan dokter memang menyebutkan bahwa korban meninggal secara tidak wajar. Kalau keluarga ingin melapor secara resmi untuk diproses, kita siap saja (menindaklanjuti),” ujarnya singkat.
Kasus ini tengah menjadi perhatian publik, mengingat adanya indikasi kekerasan dalam rumah tangga yang berujung maut. Pihak keluarga pun berharap penyelidikan dapat membuka fakta sebenarnya di balik kematian MSB.