Spiritnesia, Oelamasi – Masyarakat Desa Oebesi, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang mengeluhkan kinerja Panitia Pemilihan Kepala Desa.
Keluhan tersebut disampaikan Ketua Lembaga Adat Desa Oebesi, Godlif Thon di Desa Oebesi. Selasa (7/12/21).
“Pilkades tanggal 23 November 2021, kami sangat menyesalkan karena pemilih sebanyak 1230, sedangkan surat suara yang terbakar ada 457, ini hampir sebagian, jadi saya sebagai tokoh masyarakat saya merasa tidak puas karena pemilihan Presiden, Bupati, Gubernur dan apa semua tapi kartu terbakar tidak begitu banyak. Saya dari ikut pemilihan umum sejak tahun 1977 tapi belum pernah kartu terbakar sebanyak ini. Jadi saya sendiri tidak tahu kendalanya dimana tolong panitia sampaikan kepada kami,” papar Godlif.
Godlif menyesalkan adanya gangguan saat proses perhitungan suara.
“Nah perhitungan belum selesai ada kericuhan dan semua orang sudah lari dan kemudian hanya panitia sendiri yang mengatur jumlah dan tanda tangan semua belum pernah rapat untuk membubuhi tanda tangan dari para calon. Jadi menurut kami tokoh masyarakat, ada dua orang calon yang tidak mau ikut tanda-tangan berita acara yaitu calon nomer 3 dan 4,” ungkap Godlif.
Lanjut Godlif bahwa pihaknya tidak ikut menyaksikan penjumlahan surat suara.
“Kericuhan waktu itu tidak diketahui penyebabnya, secara tiba-tiba ada pelemparan dan semua polisi, linmas lari. Polisi sendiri tidak bisa menahan karena batu seperti hujan. Dan malamnya sekitar jam setengan 7 perhitungan belum selesai, belum penjumlahan dikertas papan itu panitia sendiri yang mengatur hal tersebut jadi kami tidak dapat menyaksikan penjumlahan dipapan itu, sehingga kami masyarakat bisa tahu calon ini berapa dan yang calon itu berapa dan yang menang calon ini dengan suara berapa banyak. Setelah itu sampai sekarang belum ada pengumuman pemenang itu siapa dan yang kalah siapa, masyarakat belum tahu karena dengan tiba-tiba ada informasi bahwa kartu-kartu sudah dikirim ke PMD jadi kami tidak tahu. Informasi itu sekitar tanggal 25 November tapi saya tidak tahu pasti karena ini hanya informasi dan untuk pengumuman resminya belum ada,” ujarnya.
Tambah Godlif, pihaknya mengharapkan ada klarifikasi dari penyelenggara terkait polemik ini.
“Harapan dari saya kalau bisa diklarifikasi supaya kita tahu persis yang kalah berapa dan kalau sebenarnya ada keadaan begini alangkah baiknya ditunda. Tunda saja supaya 2-3 tahun lagi , karena ini permainan tidak etis. Ditahun-tahun sebelumnya memang pernah terjadi tahun 2017, hanya masyarakat ini masih bodok karena menurut tahun 2017 itu pemenangnya orang lain hanya entah permainan panitia kermana akhirnya yangmenang jadi kalah yang kalah jadi menang, dan tahun ini mau di ulang lagi tapi masyarakata tidak setuju lagi. Jadi mohon untuk bupati, wakil bupati, ketua DPR dan PMD tolong klarifikasi baik-baik sehingga kami masyarakat ini bisa merasa puas,” pungkasnya.
Sementara, Charles Panie menyampaikan bahwa semua pengaduan yang disampaikan masyarakat , hanya secara teknis.
“Sebagai contoh, mereka pertanyakan kenapa surat suara yang rusak lebih banyak dari yang lain, itu tidak masuk akal,
kan hanya hal teknis saja, yang kedua terkait dengan masalah tidak sosialisasi itu juga kan saat kampanye sudah dilakukan. Tetapi pengaduannya tetap kita terima, jadi besok akan dilaksanakan penyelesaian sekitar lima desa,” ujarnya.
Terkait persoalan di Desa Oebesi, Charles mengatakan bahwa perlu ada pembuktian.
“Soal terjadinya hujan batu saat seusai pemilihan ya saya pikir itu perlu kita buktikan juga karena tidak bisa hanya dengan bicara,” katanya.
Charles berharap, pelaksanaan pilkades tahun 2021 untuk 56 Desa di Kabupaten Kupang berjalan dengan sukses.
“Diharapkan semua kepala Desa yang terpilih menjadi kepala desa yang siap untuk membangun desa. Satu catatan untuk semua kepala Desa bahwa ingat ! jangan sampai jadi kepala desa, semua perangkat diganti, tidak seperti itu, tapi intinya semua kepala desa yang terpilih itu dia punya jiwa membangun desa itu. Soal si A san si B lali si B dan si C itu biasa kalau di pesta demokrasi begitu, soal kalah menang itu biasa. Tidak mungkin dalam satu pertandingan semua menang, pasti ada yang kalah ada juga yang menang, jadi yang menang merangkul sudah, membangun desa,” pungkasnya. (YW/FS)