PSP Bank NTT, Diminta Hentikan Lelang Jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT

Spiritnesia.com, JAKARTA – Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank NTT diminta untuk memerintahkan Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT, untuk segera menghentikan semua proses lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT. Karena proses lelang jabatan tersebut diduga sarat maladministrasi dan kepentingan ‘pembisik’, yang ingin orang-orangnya kembali berkuasa di bank NTT.

Demikian disampaikan Pemegang Saham Seri B Bank NTT, Amos Corputy melalui sambungan telepon selulernya kepada tim media ini pada Selasa, 04 Desember 2024 menanggapi lebih lanjut proses Lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT oleh Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT.

“Pejabat Gubernur NTT pak Andriko jabatannya hanya berapa hari di NTT lalu mau bikin lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT segala macam. Urgensinya apa? Dugaannya tidak lain itu untuk kepentingan ‘pembisik’ yang ingin kembalikan orang-orangnya ke bank NTT dan untuk urus bank NTT sesuai kepentingan mereka. Padahal kita tahu, orang-orang lama itu bermasalah semua,” kritiknya.

Menurut Amos Corputy, indikasi dugaan adanya sarat kepentingan berdasarkan sejumlah alasan: pertama, bermula dari proses RUPS LB Bank NTT tanggal 16 November 2024 lalu yang dinilai menabrak aturan undang-undang Perseroan terbatas dan maladministrasi, namun dipaksakan untuk dilaksanakan oleh Penjabat Gubernur NTT selaku PSP bank NTT.

Kata Amos, karena RUPS LB tersebut dipersiapkan oleh Komisaris Independen Bank NTT (Frans Gana, red) yang nota bene masa jabatannya telah berakhir per 10 Juni 2024 lalu, maka pelaksanaan RUPS LB tersebut diduga hanya untuk memperpanjang masa jabatan Frans Gana sendiri sebagai Komisaris Independen Bank NTT dan selaku Ketua KRN Bank NTT.

Hal ini juga diduga sebagai jalan untuk memperlancar proses selanjutnya yaitu lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT, yang mana akan masuk-masuk orang-orangnya Frans Gana.

“Ini jadi peluang dan jalan terbuka bagi orang-orang lama yang sudah dicopot dari RUPS LB tanggal 8 Mei 2024 lalu untuk kembali mengincar kursi jabatan di dalam bank NTT. Dan kita nilai dan duga otak dibalik skenario ini adalah Frans Gana, didukung Penjabat Gubernur NTT,” tegas Amos Corputy.

Menurut Amos, karena masa jabatan Frans Gana selaku Komisaris Independen bank NTT telah selesai per 10 Juni 2024, maka secara aturan seharusnya Frans kembali mengikuti proses lamaran dari awal dan diassesment, bukan RUPS langsung kembali mengangkatnya sebagai Komisaris Independen Bank NTT. Juga harus menunggu sampai ada lelang jabatan, baru ia kembali ikut mencalonkan diri.

“Ini aneh, masa jabatannya sudah selesai dan bukan lagi komisaris, tetapi diangkat kembali RUPS yang prosesnya juga maladministrasi, tanpa melalui proses rekrutmen sebagaimana awalnya ia berproses menjadi Komisaris Bank NTT. Jadi ini kesalahan administrasinya sangat akut,” kritiknya lagi.

Ketiga, lanjut mantan Dirut Bank NTT itu, Frans Gana selaku Ketua KRN Bank NTT atau Komisaris Independen Bank NTT diduga kembali merekrut mantan Komut Bank NTT, Juvenile Djojana sebagai anggota Tim Assesor calon Anggota Dewan Komisaris Bank NTT.

Menurut Amos Corputy, kebijakan Frans Gana tersebut mempertegas dugaan publik, bahwa ia merupakan petugas lapangan sekaligus ‘kaki tangan’ Penjabat Gubernur NTT dan ‘pembisik’ di baliknya untuk meluruskan jalan pulang ke Bank NTT, orang-orang yang telah dipecat dari bank NTT dalam RUPS LB Bank NTT 8 Mei 2024 lalu.

“Ini ironis sekali, tetapi Penjabat Gubernur NTT pak Andriko membiarkan saja itu terjadi, sehingga kita nilai dan kita duga ia bagian dari skenario ini. Ini abuse of power, padahal usia jabatannya sebagai Pj Gubernur NTT hanya beberapa bulan di NTT dan tinggal beberapa hari selesai,” sebutnya.

Keempat, lanjutnya, proses lelang jabatan Dirut Bank NTT harus dihentikan mengingat jabatan tersebut saat ini sedang berproses secara hukum di pengadilan akibat digugat mantan Dirut Bank NTT, Izhak Rihi dan hingga saat ini belum ada keputusan hukum yang berkekuatan tetap.

“Jika jabatan tersebut dipaksakan untuk dilelang, maka akan jadi persoalan baru hukum yang harus dipertanggungjawabkan manajemen bank NTT di kemudian hari. Dan jika itu terjadi, maka jangan salahkan, kalau public menilai itu akibat dari kesalahan atau dosa Pj Gubernur NTT dan Frans Gana,” tegasnya lagi.

“Apalagi pak Stefen Mesakh, salah satu mantan anggota direksi Bank NTT yang dicopot pada RUPS LB Bank NTT tanggal 8 Mei 2024 lalu ikut kembali melamar atau mencalonkan diri sebagai Dirut Bank NTT. Masuk akal kalau kita menilai, ini mempertegas dugaan bahwa proses Lelang jabatan itu sarat kepentingan orang-orang lama bank NTT, atau rekan-rekannya Frans Gana,” tambahnya.

Amos Corputy kembali minta Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto selaku Pemegang Saham Pengendali Bank NTT, untuk segera menghentikan segala proses lelang jabatan Dewan Komisaris (Komut dan Komisaris Independen, red) maupun jabatan Dirut Bank NTT.

Hal itu mengingat saat ini sudah ada Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Lakalena yang baru terpilih, yang akan memperhatikan Susunan Dewan Pengurus Bank NTT yang baru yang sinkron dengan visi dan misi Gubernur membangun NTT ke depan.

“Kami juga menitip pesan kepada Gubernur NTT yang baru terpilih, untuk membersihkan managemen Bank NTT dari segala kepentingan politik orang lama dan praktek-praktek rekrutmen dewan komisaris dan direksi yang tidak professional, dan terus membawa bank NTT kepada keterpurukan,” ujarnya.

Amos Corputy menyarankan Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto untuk focus saja pada urusan Kerjasama KUB (Kelompok Usaha Bank) dengan bank Jatim, sehingga modal inti minimum Rp3 Triliun Bank NTT terpenuhi, ketimbang bernafsu untuk mengutak-atik Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT.

“Lebih baik Pj Gubernur NTT fokus saja pada urusan KUB dengan bank Jatim, yang lain biarlah urusan Gubernur NTT terpilih. Atau lantik saja Kosmas Lana selaku Komut Bank NTT yang telah lulus fit and proper test OJK RI,” tandasnya.

Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto yang dikonfirmasi awak media ini via pesan WhatssApp/WA pada Rabu, 04 Desember 2024 tidak menjawab, walau telah melihat dan membaca pesan konfirmasi wartawan. Hingga berita ini diturunkan, Andriko belum menjawab.

Sementara itu, Komisaris Independen Bank NTT sekaligus Ketua KRN Bank NTT, Frans Gana yang juga dikonfirmasi awak tim media ini via pesan WA pada Rabu, 04 Desember 2024 terkait kritik Pemegang Saham Seri B Bank NTT terkait Lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT menjawab (05/12), bahwa Lelang jabatan tersebut dilakukan berdasarkan amanat RUPS LB Bank NTT tanggal 16 November 2024.

“Salom selamat pagi, terima kasih. (Lelang jabatan Dewan Komisaris dan Dirut bank NTT merupakan, red) amanat RUPSLB 16 November 2024,” tulisnya menjawab wartawan.

Frans Gana lanjut menjelaskan, bahwa jika Amos Corputy selaku pemegang saham seri B Bank NTT tidak setuju dengan proses lelang jabatan, maka seharusnya hal itu disampaikan saat RUPS LB Bank NTT tanggal 16 November 2024 lalu.

“Jika Pak Amos tidak setuju, maka RUPS yg lalu harus disampaikan, atau beliau boleh minta RUPS untuk batalkan putusan RUPSLB 16 Nopember 24. Mksh,” tulisnya lagi.

Menurut Frans Gana, Kepentingan Bank NTT jauh lebih diutamakan. Jika struktur managemen Bank NTT tidak dibenahi, maka akan berdampak pada tingkat kesehatan bank akan turun, sehingga bank NTT yang sehat akan menjadi tidak sehat lagi.

“Kepentingan Bank jauh lebih diutamakan. Jika GCG struktur tidak dibenahi maka berpotensi tingkat kesehatan turun, yg saat ini sehat menjadi tidak sehat,” tandasnya.

Ditanyai lebih lanjut mengapa KRN tidak memproses saja pelantikan Kosmas Lana selaku Komut Bank NTT berdasarkan RUPS LB Bank NTT 8 Mei 2024 lalu mengingat Kosmas Lana juga sudah lulus fit and proper test, Frans Gana kembali menjawab bahwa itu juga berdasarkan keputusan RUPS LB Bank NTT. “Ia (itu keputusan, red) di RUPS juga,” tandasnya. (AT/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *