Modal Nekat, Pater Krispianus Leo Rombak 13 Hektare Lahan Tandus Jadi Lahan Holtikultura

Spiritnesia.com, Kefamenanu – Bermodalkan ‘Nekat’ Pater Krispianus Leo, SVD merombak lahan tandus seluas 13 hektare untuk jadikan lahan Holtikultura. Tanah tandus menjadi masalah tersendiri bagi petani, padahal lahan itu bisa dapat diubah menjadi sumber pendapatan yang produktif melalui praktik-praktik pertanian alternatif.

Demikian disampaikan Pater Krispianus Leo SVD ketika ditemui media ini di Kebun Misi SVD Mamsena pada, Minggu, 13/10/2024.

“Pertanian alternatif mengacu pada praktik pertanian yang berfokus pada keberlanjutan dan produksi yang lebih efisien. Pertanian alternatif juga lebih berorientasi pada lingkungan dan sosial, serta berusaha untuk mengurangi dampak negatif pada alam dan orang,” jelas Pater Krispianus.

Pertanian alternatif itu, lanjut Pater Krispianus, mengacu pada praktik pertanian yang berfokus pada keberlanjutan dan produksi yang lebih efisien.

“Pertanian alternatif juga lebih berorientasi pada lingkungan dan sosial, serta berusaha untuk mengurangi dampak negatif pada alam dan orang,” pungkasnya.

Ia menuturkan, setiap jenis tanah tentu mempunyai karakteristik masing-masing sehingga membutuhkan jenis budidaya yang berbeda.

“Kita disini tahun ini fokus pada penanaman Tomat saja sebagai contoh dan ini menjadi bukti bagaimana membuktikan kepada masyarakat cara bertani di Tanah Tandus,” pungkasnya.

Ia menjelaskan, didalam pertanian alternatif, sistem pengairan juga sangat penting, karena hal ini berkontribusi pada produktivitas tanaman dan penghematan air.

“Karena banyak membutuhkan air sehingga kita disini menggunakan teknologi irigasi tetes atau drip untuk dapat mengurangi penggunaan air hingga 50% dan membantu mengoptimalkan produksi tanaman,” kata Pater Krispianus.

Sementara lanjutnya, dalam praktik pertanian alternatif, pengetahuan dan pemahaman tentang teknologi bertanam yang tepat dan efisien sangatlah krusial untuk kesuksesan.

“Mengelola lahan tandus seperti ini, memang sangat membutuhkan pemahaman atau pengetahuan yang cukup. Tetapi kami selalu optimistis bahwa apa yang kita lakukan dengan ketukusan tentu akan memberikan hasil yang terbaik bagi kita,” pungkasnya.

Ia menyebut bahwa, tujuan bertani di lahan tandus tersebut untuk bagaimana merombak dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap apa yang dipikirkan tidak terjadi itu hanyalah sebuah imajinasi yang membuat pola pikir manusia untuk bermalas dalam bertani.

“Padahal sesungguhnya, apapun itu kondisinya kembali pada niat dan kemauan kita untuk bagaimana mau atau tidak. Dan ini kita sudah memberikan bukti dengan menanam 10 ribu anak Tomat dan kita pastikan panen di bulan November ini,” jelas Pater yang pernah melaksanak Top di Paroki Rohkudus Datukeli Ende itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *