Ketua KOMPAK Indonesia Menilai Kepala OJK NTT Seperti ‘Orang Baru Bangun Tidur’

Spiritnesia.com, JAKARTA – Minta kurangi politik di bank NTT agar pengelolaan Bank NTT lebih profesional, Kepala OJK NTT Japermen Manalu dinilai seperti ‘orang baru bangun tidur’ alias terlambat sadar. Alasannya, karena ragam persoalan di Bank NTT (seperti maladministrasi hingga ragam kasus korupsi, red) terjadi sejauh ini, diduga akibat lemahnya pengawasan OJK NTT terhadap bank NTT.

Demikian disampaikan Ketua KOMPAK (Koalisi Masyarakat Pemberantasan Korupsi) Indonesia, Gabriel Goa melalui sambungan telepon selulernya kepada media ini pada Rabu, 11 Desember 2024, menanggapi saran Japermen soal pengelolaan bank NTT.

“Selama ini publik ribut soal maladministrasi pengelolaan Bank NTT akibat dugaan intervensi kekuasaan dan kasus-kasus korupsi di bank NTT, OJK NTT dimana tidak tidak bicara? Kasus MTN Rp50 Miliar, Kasus Kredit Fiktif PT. Budimas Rp100 Miliar, dan kasus penarikan panjar Rp1,5 M yang tak dapat dipertanggungjawabkan, pak Kepala OJK NTT dimana saja? Kenapa tidak beri teguran? Kok baru sadar. Ini bangunnya kesiangan pak, terlambat,” tegasnya.

Menurut Gabriel, jika OJK NTT menjalankan tugas pengawasannya secara baik dan berani serta tegas, maka kasus seharusnya merekomendasikan kepada KPK atau Kejati NTT untuk memproses hukum kasus dugaan kredit fiktif PT. Budimas Pundinusa senilai Rp100 Miliar di Bank NTT.

“Bukannya diam setelah kalah putusan praperadilan kasus tersebut. Ini bukti dugaan OJK juga tidak terlepas dari pengaruh politik kekuasaan kok. Kenapa diam dan tidak lanjut proses kasus Kredit Fiktif PT. Budimas? Kenapa diam soal kasus MTN Rp50 Miliar atau panjar Rp1,5 M yang tidak dapat dipertanggungjawabkan itu?” tanya Gabriel.

Kata Gabriel, jika OJK NTT serius menjalankan tugas dan tanggungjawab pengawasannya secara baik, maka OJK NTT juga seharusnya merekomendasikan dan mendukung Kejati NTT untuk menyelesaikan penanganan kasus pembelian MTN Rp50 Miliar Bank NTT, bukan diam.
Atau juga merekomendasikan kepada KPK RI untuk mengambilalih penanganan kasus MTN Rp50 Miliar bank NTT yang sudah sampai tahap penyidikan oleh Tipidsus Kejati NTT, tetapi dimentahkan kembali oleh Kajati NTT, Zet Tadung Alo, S.H.,MH dengan memerintahkan pembentukan tim baru penyelidikan kasus tersebut dan memeriksa ulang para saksi.

Gabriel mengungkapkan, bahwa terkait MTN Rp50 Miliar, BPK RI pernah rekomendasikan agar Pemegang Saham memberi sanksi tegas kepada Kadiv Treasury Bank NTT yang tidak due diligent dalam pembelian MTN tersebut, tetapi OJK malah meloloskan yang bersangkutan menjadi Dirut Bank NTT ditahun 2020, walau diduga tidak lulus fit and proper test OJK.

“OJK NTT diam-diam saja saat itu, tidak protest. Kok hari ini baru muncul untuk bicara soal kepentingan politik dan profesionalisme di Bank NTT? Jadi pak Japermen sebenarnya mau omong siapa? Ini juga salah atau dosa OJK,” sindir Gabriel.

Pegiat anti korupsi itu bahkan menyinggung soal sikap masa bodoh OJK NTT terhadap proses RUPS LB Bank NTT 16 November 2024 lalu dan proses lelang jabatan Dewan Komisaris Bank NTT dan Dirut Bank NTT yang dinilai dan diduga sarat maladministrasi dan nepotisme.

Gabriel Goa mengingatkan Kepala OJK NTT, Jeparman bahwa RUPS LB Bank NTT tanggal 16 November 2024 lalu dilaksanakan di atas tumpukan dugaan maladministrasi: melanggar Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) Nomor 40 Tahun 2003 pasal 79 dan 108 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, tetapi dipaksakan oleh Pj Gubernur NTT selaku PSP Bank NTT. Dan OJK NTT diam-diam saja tak bersuara terkait hal itu.

Berikut, lanjutnya, proses lelang Jabatan Dewan Komisaris dan Dirut Bank NTT oleh Komite Remunerasi dan Nominasi yang diduga sarat nepotisme, tetapi lagi-lagi OJK NTT juga diam. Padahal proses lelang jabatan tersebut juga diduga dilaksanakan Ketua KRN Bank NTT tanpa melibatkan anggota KRN lainnya seperti Kadiv SDM.

Berikut KRN memasukan Dewan Komisaris Bank NTT yang dipecat dalam RUPS LB Bank NTT 8 Mei 2024 lalu sebagai Anggota Tim Assesor Dewan Komisaris. Juga mengizinkan mantan Direktur Pemasaran Kredit Bank NTT yang dipecat dalam RUPS LB tanggal 8 Mei 2024 ikut dalam lelang jabatan Dirut Bank NTT.

“Jadi kenapa Kepala OJK baru muncul untuk bicara soal bank NTT disaat kacau seperti ini? Jangan hanya muncul untuk cuci tangan atau lempar kesalahan ke pihak lain. Buruknya management bank NTT selama ini, tidak terlepas dari dosa OJK NTT sendiri, karena lemah dalam mengawasi bank NTT,” kritiknya lagi.

Dari sebab itu, lanjut Gabriel, KOMPAK Indonesia pertama, mendesak Kepala OJK Pusat untuk mencopot Kepala OJK NTT, karena dinilai lalai dalam pengawasan terhadap bank NTT, sehingga muncul ragam persoalan di Bank NTT (seperti maladministrasi dan dugaan kasus korupsi, red).

Kedua, KOMPAK Indonesia mendesak KPK RI segera mengambil alih penanganan kasus Tipikor pembelian MTN Rp50 miliar Bank NTT yang diduga diesbatukan di Kejati NTT.

Berikut segera menangkap dan proses hukum pelaku dan aktor intelektual kredit fiktif PT. Budimas Pundinusa senilai Rp100 miliar dan kasus penarikan panjar Rp1,5 miliar untuk biaya peringatan Hari Pancasila 1 Juni 2022 di Ende, yang hingga hari ini tak dapat dipertanggungjawabkan.

Ketiga, mendesak DPRD NTT segera memanggil Pj Gubernur NTT dan OJK Perwakilan NTT untuk dimintai pertanggungjawaban terkait kinerja mereka dan kasus-kasus korupsi di Bank NTT yang sudah dilaporkan ke KPK RI.

Keempat, memberi pesan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2024-2029 terpilih, agar memberi atensi terhadap persoalan di Bank NTT dan mendukung KPK menangkap dan memproses hukum pelaku dan aktor intelektual yang diduga terlibat kasus korupsi di Bank NTT.

Kepala OJK NTT, Jeparman Manalu yang dikonfirmasi awak tim media ini pada Rabu, 11 Desember 2024 malam pukul 21:09 WITA terkait kritik Ketua KOMPAK Indonesia itu tidak menjawab, walau telah melihat dan membaca pesan konfirmasi wartawan. Jeparman hingga berita ini ditayang juga belum menjawab.

Dilansir dari ntthits.com (11/12), Kepala OJK NTT, Jeparman Manalu menegaskan pentingnya pengelolaan Bank NTT oleh tenaga profesional untuk memastikan kemajuan bank ke depan. Oleh karena itu, Jeparman menyarankan agar pihak terkait mengurangi politik di Bank NTT dan memprioritaskan pengelolaan bank NTT yang professional, sehingga bank NTT tumbuh lebih maju ke depan. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *