Spiritnesia.com, Happy Class (Kelas Bahagia, red) yang dibentuk oleh Komunitas Orang Muda Lintas Agama (KOMPAK) Kupang, gelar cerita bersama tentang kehidupan bertoleransi di Vihara, Kupang NTT.
Demikian disampaikan Ketua Kompak Kupang Carningsi Bunga melalui rilis tertulis yang diterima media ini Rabu, 29/06/2022.
“Peserta Happy Class yang didampingi Carningsi Bunga, Ayu Huru dan I’In Astriana, menjelaskan tujuan Tour ini dilakukan dengan untuk memperkenalkan kehidupan beragama dan toleransi umat Buddha kepada peserta Happy Class.”
Dalam Tour ini cerita Ayu, Peserta disambut dengan baik oleh Majelis Agama Budaha Indra Effendy, Theravada Indonesia (Magabudhi) di Kota Kupang, tulis Carningsi.
“Kunjungan ini di isi dengan cerita tentang kehidupan bertoleransi di Vihara,” jelas Bunga.
Sementara uangkap Indra Effendy, dalam ruang Diskusi ini kita menceritakan tentang Tata ibadah (Pujah Bakti) dan pembangunan Vihara sampai pada Keberagaman dalam bertoleransi, ujarnya.
“Kami dibantu oleh Kontraktor dalam mendesain dan merancang konstruksi bangunan yang beragama Katholik.”
Lanjut Indra, setelah pembagunan selesai, dan Vihara ini resmi di gunakan sebagai tempat Doa, kami di bantu lagi dalam menjaga keamanan di Vihara oleh Secorty (SATPAM, red) yang merupakan seorang Kristen Protestan asal TTS, beber Indra.
Ada denominasi dalam Buddha sendiri yaitu Theravada (aliran para sesepuh) dan Mahayana (kendaraan agung) dan secara umum disebut Buddhisme, cerita Indra.
Lebih lanjut Indra dalam diskusi juga kami di ajarkan tata Ibadah misalnya di dalam Tripitaka ada Pancasila atau 5 Sila yang artinya aturan yang harus diikuti oleh Jemaat Buddha, baik itu Mahayana atau Theravada, begitu juga Aturan Buddha yang mengikat pada pimpinan atau Petapa Buddha Bhikkhu wajib mengikuti 362 Sila, jelasnya.
Sementara di Kupang sendiri belum ada Bhikkhu karena masih minim Jemaatnya, sehingga Bikkhu di Kota Kupang belum ada.
Menurut cerita Indra, di Indonesia baru memiliki 100 orang Bhikkhu sehingga Bhikkhu hanya bisa menetap di Vihara yang berjemaat Banyak.
Namun kerukunan disekitaran Vihara ini semakin Nyaman, dimana dalam kegiatan besar Umat Buddha para pemeluk Agama Non Buddha memberikan dukungan penuh dan juga turut berpartisipasi dalam hari besar Buddha, ujarnya.
Seperti ujar Indra kemarin saat hari raya Waisak, ibu Pendeta dan Majelis Jemaat Gereja Anak Sulung memberikan ucapan selamat dalam bentuk Bener dan selain membantu dalam kerja bakti dan juga saling membantu saat seroja hingga Covid-19, sehingga sampai hari ini hubungan kami sesama masyarakat sekitaran sangat baik, kata pak Indra.
Lebih lanjut Indra kita di Indonesia memiliki agama yang berbeda-berbeda, dan kita memilih agama itu karena kita merasa paling pas, paling cocok dengan panggilan hati kita, kerena itu adalah hak dan kewajiban setiap orang, jelasnya lagi.
Jadi menurut Indra ketika kita keluar di ruang social jangan sesekali memaksakan agama yang kita miliki kepada orang lain yang punya agama yang berbeda, pada intinya kita harus tau mana yang kamar privasi dan mana yang kamar umum, ujarnya.
Sementara menurut Latifa peserta Tour Happy Class yang beragama Muslim, pada saat mendengar cerita dari pimpinan Vihara Indra Effendy, ada kesan yang sungguh mengejutkan, ungkap Latifa.
Menurut Latifa, kami sebagai anak muda harus berjiwa besar untuk menyuarakan nilai-nilai Toleransi ini.
Menurutnya kalau Aktivitas kita mau berjalan dengan baik, kita harus tetap kokoh dalam persaudaraan, dan kita sebagai kaum muda kita wajib menyuarakan ini, tegas Latifa. (SN)