Kerja Proyek Jalan Rp 15,4 M, PT Yety Dharmawan Gunakan Agregat Berlumpur

Spiritnesia com, Ende – Pekerjaan proyek rehabilitasi Jalan Provinsi, ruas Kaburea (Batas Kabupaten) – Maukaro- Nabe sepanjang 8,26 Km dengan nilai kontrak Rp 15.469.990.000 di Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende yang dijerjakan oleh PT. Yeti Dharmawan disinyalir tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis alias Spek (ketentuan yang disusun secara lengkap dan tertulis tentang rincian teknis/karakteristik material dan rincian syarat administrasi teknis yang terintegrasi dari proyek/pekerjaan) dan terkesan asal jadi.

Berdasarkan pantauan Tim Media ini di lokasi proyek pada Rabu (1/12/21), proyek jalan di Pantai Utara (Pantura) Flores yang dibiayai dari Pinjaman Daerah melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) tersebut telah mulai dikerjakan oleh PT. Yety Dharmawan sebagai kontraktor pelaksana. Berdasarkan informasi pada papan proyek, diketahui proyek tersebut dikontrak dengan nomor: PUPR.05.04/620/PPK-06/KBR-MKR-NB/07/X/2021, tertanggal 13 Oktober 2021. Ruas jalan yang direhabilitasi sepanjang 8,26 Km. Jangka waktu pelaksanaan proyek selama 210 hari kalender.

Seperti disaksikan Tim Media, saat memasuki Ibukota Kecamatan Maukaro, nampak berjejer tumpukan-tumpukan material mulai dari cabang Ratesuba hingga ke Maukaro. Namun dari dalam mobil, tampak ada yang aneh dari material yang diduga dijadikan sebagai agregat A tersebut. Dari dalam mobil, bisa terlihat material tersebut berwarna agak merah, diduga berasal dari kali mati. Material tersebut dicampur dangan sedikit batu pecah berwarna kehitaman.

Dipandang sekilas, material tersebut tampak bersih dari lumpur (karena disiram air hujan, red). Namun Tim Media menangkap ada hal yang ganjil dari tumpukan material tersebut. Ada tumpukan yang berdiri tegak (90 derajat, red) padahal telah diguyur air hujan.

Tim pun menghentikan mobil yang ditumpangi dan turun untuk mengecek kondisi material tersebut. Tim media coba mengambil segenggam material, namun yang terjadi yang terjadi adalah bongkahan material. Dari patahannya, tampak bongkahan material tersebut lengket oleh lumpur.

Saat bongkahan tersebut dihancurkan, maka terlihat gumpulan lumpur bercampur kerikil kali bulat (asal kali mati, red), bercampur sedikit batu pecah tak beraturan. Tiga orang wartawan anggota tim media pun mencoba memeriksa tumpukan-tumpukan lainnya dan menemukan kondisi yang sama.

Tim Media pun kembali melanjutkan perjalanan. Saat tiba di jalan utama (di tengah permukiman Maukaro, red) Tim Media kembali melihat tumpukan-tumpukan material dari jarak sekitar 100 meter. Tampak juga galian drainase di sisi jalan. Beberapa kelompok tukang sedang mengerjakan pasangan drainase.

Ketika tepat berada di samping deretan tumpukan material tersebut, Tim Media turun dari mobil untuk mengecek material yang tampak baru didropping ke tempat tersebut pada hari itu. Material itu berupa pasir halus bercampur sedikit batu-batu bulat berdiameter sekitar 5-15 cm itu tampak berwarna coklat.

Tim Media mencoba mengambil segenggam material tersebut, namun material yang masih basah tersebut lengket di telapak tangan. Ketika material tersebut dibuang kembali, tampak lumpur yang menempel tebal di telapak tangan para anggota Tim Media.

Sementara tim sedang mengamati agregat tersebut, satu unit truk Hino jumbo milik PT. Yeti Dharmawan mendfoping lagi material/agregat berlumpur itu. Dilihat dari jarak tumpukan material tersebut yang berdekatan, diduga material tersebut akan dijadikan sebagai lapisan agregat A dalam proyek pembangunan jalan tersebut. Tim Media kemudian meninggal lokasi tersebut menuju Kota Mbay.

Sebelumnya, pantuan tim wartawan dipesisir Pantai Nabe nampak dua buah unit Exavator Komatsu PC200 sedang mengeruk dan membongkar tebing batu di tepi Pantai Utara (Pantura) Flores. Sementara itu, nampak pula satu unit greder milik PT. Yeti Dharmawan sedang meratakan timbunan hasil material galian tebing tersebut untuk dijadikan timbunan jalan.

Greder itu juga melakukan pembersihan bahu jalan. Sepanjang ruas jalan tersebut nampak tumpukan batu gunung dengan berbagai bentuk dan ukuran hasil bongkaran tebing oleh 2 unit excavator untuk digunakan sebagai batu pasangan saluran. Padahal jenis batu tersebut adalah batu kapur yang mudah pecah sehingga warga setempat jarang menggunakannya sebagai bahan bangunan.

Tampak juga batuan hasil pengerukan tebing tersebut ditimbun di sisi jalan, tepat ditepi pantai untuk pelebahan jalan. Namun material yang sama juga ditimbun di dalam badan jalan sekitar ratusan meter dari lokasi pengerukan.

Direktur PT. Yety Dharmawan, Sony Indraputra yang dikonfirmasi Tim Media ini melalui pesan WhatsApp/Wa sejak kemarin malam tidak merespon pesan tersebut. Sony kembali dihubungi Tim Media ini pagi tadi melalui panggilan telepoon selular namun tidak dijawab. (amt/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *