Spiritnesia.com, Sumba – Mengandalkan Politik ide dan gagasan, Elias Jawamara, Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu ditemani Ibu kandungan (Mama, red), Maria Kaweda Emu, dengan berjalan kaki untuk bertemu warga dan keluarga di Kecamatan Kahaungu Eti, Desa Kotakkawau, Kabupaten Sumba Timur.
Demikian disampaikan Elias Jawamara melalui rilisnya kepada media ini pada Minggu, 19/11/2023.
“Saya Selalu di temani dan diantar oleh Mama dan kakak (Keluarga kandung, red), untuk bertemu dengan keluarga-keluarga dan masyarakat yang ada di Desa-Desa di Kabupaten Sumba untuk mengenalkan diri sebagai Caleg,” ungkap Elias.
Tentu, lanjut Elias sebagai Calon pemula Anggota DPRD Provinsi NTT, harus banyak mensosialisasikan diri sehingga bisa dikenal keluarga dan masyarakat, jelasnya.
“Saya Caleg dari Partai NasDem dengan Nomor urut 10, dari Dapil Sumba.”
Ia menjelaskan bahwa, dari sejak memutuskan untuk maju sebagai Caleg DPRD NTT, dari Partai NasDem, hingga saat ini saya selalu ditemani Ibu kandungan dan kakak kandung terus melakukan sosialisasi dari kampung ke kampung untuk mengenalkan diri sebagai caleg, dan meskipun dengan keadaan yang sangat terbatas, tetapi dengan keyakinan yang ada saya tetap menjalani semuanya, pungkasnya.
“Selama beberapa bulan ini saya diurus oleh keluarga baik terkait titik kunjung setiap hari. Dari kampung terjauh hingga terdekat. Kadang bermalam di rumah yang kami kunjungi, motor yang mogok, berteduh di hutan karena kehujanan , jalanan terjal merupakan kejadian yang sering alami, ungkap Elias.
Entah sudah beberapa kali saya ditemani oleh Mama untuk berkunjung ke keluarga keluarga. Mengenalkan anaknya sebagai Calon Legislatif. Kadang jalan kaki atau naik motor. Menyeberang sungai atau melewati jalan setapak. Karena sering kehabisan beterai saya tidak sempat mendokumentasikan moment tersebut.
“Kemarin, saya bersama Mama dengan motor ditemani kakak perempuan dan ponakan kami menuju Desa Kotakkawau, Kecamatan Kahaungu Eti. Kami berangkat pagi dan pulang malam setelah mengunjungi beberapa kampung, pungkasnya.
“Dalam perjalanan Mama bisik ke saya katanya Mama tidak punya uang untuk bantu cetak stiker. Mama hanya bisa bantu tenaga dan doa saja,” tandasnya.
Menurutnya, apapun itu ia tetap membulatkan tekad untuk menjalani, sesuai jalan yang sudah pilih. Dengan apa yang ada, Modal Rokok, Sirih Pinang, Kopi Gula dan Peci (Sopi, red) dan Isi Bensin untuk Motor.
“Memang benar Politik butuh modal, Saya tidak memungkiri itu. Tapi masih ada ruang-ruang ditengah masyarakat yang memungkinkan saya sebagai pemula untuk mengandalkan politik ide dan gagasan tanpa harus mengandalkan uang. Masih ada banyak keihklasan diluar sana untuk kami para aktivis yang bermodalkan diskusi. Sambil ditemani segelas kopi dan sebatang rokok dalam setiap diskusi dari kampung ke kampung. Bahkan yang minta baliho sekalipun, mereka pasang tanpa saya beri uang lelah.”
Oleh karena itu, atas nama pribadi saya mengucapkan Terimakasih banyak kepada semua orang orang baik yang meringankan derap langka juang saya selama ini dan kedepan.
“Untuk Mama yang sudah beberapa kali menemani saya dan menjelaskan kepada sanak saudara bahwa anaknya maju Caleg dan untuk kakak, Om, Adik, Ina Ama, Yuya, Mboku Apu, Mbalu dan Kalembi semua saya ucapkan terimakasih banyak atas support-nya.”
Menurut Elias, demokrasi memungkinkan setiap anak kampung miskin tanpa modal untuk terlibat dalam politik. Karena rakyat jua yang menentukan kepada siapa kekuasaan politik hendak diberi, tegasnya.
Kepada Mama Maria Emu Terimakasih, Mama sudah mengingatkan saya kembali pada masa kecil dimana sering saya menyanyikan Lagu Kasih Ibu Kepada Beta, Tak Terhingga Sepanjang Masa, Hanya Memberi Tak Harap Kembali. Bagai Sang Surya Menyinari Dunia. Kahaungu Eti Paluanda Limma. (Bang Gusty)